GRESIK, BANGSAONLINE.com - Ketua Serikat Pekerja Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (SP FSPMI) PT. Smelting, Zaenal Arifin, khawatir akan keadaan pabrik yang mengolah biji tembaga tersebut pasca mogok kerja 309 karyawan. Menurutnya, kondisi pabrik saat ini membahayakan karena kebanyakan karyawan mogok adalah karyawan skill yang hafal dan tahu persis kondisi mesin di areal produksi pabrik.
Zaenal menjelaskan pabrik saat ini rawan mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. "Bahaya, bisa terjadi kebocoran gas SO2 (beracun) atau bahkan terjadi ledakan," kata Zaenal saat di Sekretariat KWG (Komunitas Wartawan Gresik), Jalan Basuki Rahmat No 8B Gresik, Minggu (26/2).
BACA JUGA:
- Wabup Gresik dan Presdir PT Smelting Resmikan Wall Climbing KONI Usai Direvitalisasi
- Ekspansi Smelting di Gresik Diresmikan Presiden, Khofifah Optimis Perkuat Sektor Hilirisasi Jatim
- 6 Ekor Komodo Hasil Breeding TSI, Smelting, dan KLHK RI Dilepasliarkan ke Cagar Alam Wae Wuul NTT
- PT Smelting dan Gubernur Khofifah Teken MoU Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
"Kalau PT. Smelting meledak, maka dampaknya bisa luar biasa. Sebab, ledakannya bisa sampai jarak 3 km. Petrokimia dan warga sekitar bisa terkena dampak ledakan," jelasnya.
Dijelaskan Zaenal, pabrik yang rencanaya akan beroperasi pada 1 Maret mendatang itu tidak akan bisa berproduksi dengan baik karena operasinya dilakukan oleh karyawan di luar 309 karyawan yang mogok kerja.
"Bisa dipaksakan. Tapi kami tak menjamin bisa berjalan baik. Malah justru sebaliknya bisa terjadi ledakan tadi," terangnya.
Dia pun memaparkan proses, bahwa mesin produksi berupa converter yang menangkap gas SO2 untuk diolah menjadi asam sulfat pascaoff, membutuhkan waktu 6 hari untuk bisa operasi dengan baik.
"Makanya, kalau mesin mulai produksi atau pabrik jalan per 1 Maret 2017 sangat tidak mungkin. Kami yang mengetahui seluk beluk pabrik, maka kami yang hafal kondisi mesin itu seperti apa," ungkapnya.