
SAMPANG, BANGSAONLINE.com – Ada dua taushiyah penting dari Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, ketika menyampaikan mau’idzah hasanah dalam acara Haul KH Ali Mas’ud yang diikuti ribuan wali santri dan alumni Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Ar-Rahmaniyah di Pramian Taman Sreseh Sampang Madura, Ahad (29/6/2025).
Pertama, Kiai Asep minta para orang tua jangan fanatik pada SMA negeri. Karena, menurut Kiai Asep, sekarang prestasi SMA negeri sudah kalah jauh dengan Madrasah Aliyah dan SMA swasta berbasis pesantren.
“Jangan fanatik SMA Negeri. Sekarang sudah gak ada apa-apanya dibanding dengan sekolah swasta seperti Madrasah Aliyah swasta atau SMA swasta,” tegas pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu.
Kiai Asep yang memiliki sekitar 14 ribu santri itu lalu memberi contoh Madrasah Aliyah dan SMA Amanatul Ummah.
“Sekarang (2025) 1.237 santri Amanatul Ummah diterima di perguruan tinggi negeri dan luar negeri,” kata Kiai Asep yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).
Bahkan, tutur Kiai Asep, sebanyak 62 santri diterima di Fakultas Kedokteran. Termasuk Fakultas Kedokteran militer Unhan.
“Cari dari Sabang sampai Merauke apa ada SMA Negeri yang muridnya diterima di perguruan tinggi sebanyak itu” tegas Kiai Asep yang juga putra KH Abdul Chalim, salah seorang ulama pendiri NU dan pejuang kemerdekaan RI yang pada 10 November 2023 dianugerahi gelar pahlawan nasional.
Selain itu, menurut Kiai Asep, ada keuntungan besar bagi murid Madrasah Aliyah atau SMA berbasis pesantren. Terutama karena di pesantren ada kurikulum atau pelajaran agama.
“Apalagi di pesantrem bisa baca kitab dan bahkan hafal Al Quran,” kata kiai milarder tapi dermawan itu.
Ribuan orang menghadiri acara Haul KH Ali Mas’ud yang terdiri dari wali santri dan alumni Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Ar-Rahmaniyah di Pramian Taman Sreseh Sampang Madura, Ahad (29/6/2025). Foto: MMA/bangsaonline
Kedua, taushiyah Kiai Asep yang sangat penting dan relevan dengan situasi sekarang adalah terkait ulama. Kiai visioner itu minta para santri jangan jadi ulama, jika tidak bermanfaat bagi umat dan agama.
“Jangan sekedar jadi ulama tapi gak ada manfaatnya. Jadilah ulama yang menerangi dunia, khususnya menerangi bangsa Indonesia,” tegas Kiai Asep di depan para santri, alumni dan wali santri Pondok Pesatren Raudlatul Ulum Ar-Rahmaniyah yang darang dari Jakarta, Surabaya, Kalimantan dan daerah lainnya.
Kiai Asep juga minta jangan jadi presiden jika tidak bisa memberi keadilan kepada masyarakat.
“Jangan jadi presiden kalau tidak adil. Jangan jadi orang kaya kalau tidak dermawan,” ujar Kiai Asep menjelaskan the goal of graduate Amanatul Ummah yang terdiri dari empat poin penting, termasuk professional yang berkualitas dan bertanggungjawab .
Dalam acara yang dimulai sejak pukul 9 pagi itu Kiai Asep juga memberi ijazah amalan untuk membuka kunci rezeki atau kekayaan dunia.
“Saya datang ke seluruh Indonesia untuk memberi motivasi kepada masyarakat agar bisa meningkatkan kesejahteraanya. Saya ingin semua pesantren maju. Saya tak ingin hanya pesantren saya sendirian yang maju,” kata Kiai Asep.
Ia mengajak para hadirin mentradisikan shalat hajat 12 rakaat 6 kali salam plus shalat witir tiga rakaat dua kali salam.
Kiai Asep menjelaskan bahwa shalat hajat 12 rakaat itu diambil dari Kitab Ihya Ulumiddin karya Hujjatul Islam Imam Ghazali. Menurut Kiai Asep, dalam kitab itu Imam Ghazali juga menulis doa yang sangat istijabah.
"Addu'a alladzi la yuraddu, doa yang tidak akan ditolak oleh Allah," kata Kiai Asep mengutip narasi kitab Ihya Ulumiddin bab nawafil (shalat-shalat sunnah).
Bahkan saking istijabahnya doa tersebut, menurut Kiai Asep, Imam Ghazali berpesan jangan sampai diajarkan pada sembarang orang.
"Karena takut dibuat untuk maksiat," kata Kiai Asep.
Selain itu Kiai Asep mengajak semua yang hadir membudayakan shalat Subuh berjemaah walau hanya dengan istrinya.
Sambil mengutip Hadits, Kiai Asep mengatakan, jika kita shalat Subuh berjemaah maka hidup kita menjadi tanggungan Allah SWT.
“Allah tidak minta apa-apa, kecuali shalat Subuh berjemaah,”kata Kiai Asep.
Terkait haul Kiai Ali Mas'ud, Kiai Asep mengajak meneladani kebaikan dan keikhlasan para ulama. Ia mengatakan bahwa Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Ar-Rahmaniyah didirikan pada 1808 oleh KH Abdurrahman.
Lalu dilanjutkan oleh KH Ali Mas'ud. Kini diasuh oleh KH Kholili.
"Kenapa pondok pesantren ini tetap eksis? karena faktor keikhlasan," kata Kiai Asep yang gemar membagikan sarung kepada semua orang, disamping sedekah uang.
Menurut Kiai Asep, pondok pesantren ini tak akan terus berdiri tanpa faktor keikhlasan. "Al ikhlas fil 'amal karruh fil jasad, ikhlas dalam beramal, seperti ruh dalam jasad," kata Kiai Asep sembari mengajak para hadirin untuk meneladani keikhlasan para kiai.
Kiai Asep juga menjelaskan tentang pentingnya menghadiri haul para ulama atau kiai. "Lalu bapak ibu sekalian dapat apa datang ke haul ini?," kata Kiai Asep.
Menurut Kiai Asep, banyak sekali barakah dan hikmah menghadiri haul. Kiai Asep mengutip Hadits yang artinya, barang siapa menghidup-hidup jejak kebaikan kiai atau orang alim maka aakan mendapat ampunan dari Allah.
"Dalam Hadits lain disebutkan wajib mendapat surga Allah," kata Kiai Asep.
"Jadi berapa pun biaya yang dikeluarkan bapak ibu untuk menghadiri haul ini tak bisa dibandingkan dengan surga Allah," tambah Kiai Asep.