BLITAR, BANGSAONLINE.com - Miris melihat kondisi rumah Rahmat Saji (57). Warga Desa Tawangsari, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar ini mengalami nasib memilukan.
Saji bersama istri dan dua orang anaknya tinggal satu atap di sebuah gubuk reyot beralaskan tanah. Kondisi rumah sangat jauh dari kata layak. Atapnya hampir roboh. Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu juga sudah rapuh dan banyak yang berlubang.
BACA JUGA:
- Mantan Wabup Bondowoso Ambil Formulir Penjaringan Calon Bupati di DPC PDIP Blitar
- Dilaporkan Hilang Tiga Hari Lalu, Nenek di Blitar Ditemukan Tak Bernyawa di Sungai Brantas
- Kantor Imigrasi Blitar Deportasi Gadis Berkewarganegaraan Ganda ke Singapura
- PT Harta Mulia Serahkan Sertifikat Redistribusi Tanah, Bupati Blitar: Jaga Baik-Baik
Bahkan bagian belakang rumah hanya ditutup dengan spanduk karena surah roboh. Tak hanya dihuni keluarga Saji mereka juga harus berbagi tempat dengan kakak perempuan Saji yang mengalami keterbelakangan mental sejak kecil.
Tak sampai di sini, empat tahun terakhir Saji menderita sakit stroke. Saat itu juga istrinya Sri Utami mengalami tekanan hingga menderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa yang diderita Sri Utami inilah yang menyebabkan Joko, anak kedua Saji yang seharusnya sudah kelas 3 Madrasah Ibtidaiah (MI), tak mau melanjutkan sekolah.
Sementara anak pertama Saji, Siti Nur Inayah kini duduk di bangku kelas IX Tsanawiyah dengan bantuan dana PKH. Untuk hidup sehari-hari keluarga Saji hanya mengandalkan uluran bantuan tetangga sekitar dan kelurahan.
Ponisri, ketua kelompok penerima Program Keluarga Harapan (PKH) di RT 01 RW 08 sebelumnya sudah mengusulkan bantuan bedah rumah bagi keluarga Saji. Namun terkendala masalah regulasi.