Menghidupkan Kembali Gagasan Kiai Hasyim Muzadi, Aswaja Solusi Penyelesaian Konflik Timteng

Menghidupkan Kembali Gagasan Kiai Hasyim Muzadi, Aswaja Solusi Penyelesaian Konflik Timteng Charirie Makmun

Oleh: Charirie Makmun*

Syeikh Romadhon al Buthi, ulama besar Aswaja beraqidah Asy'ariyah dan bermadzhab Syafi'i ketika beliau masih hidup selalu menjadi rujukan ulama Indonesia, termasuk di antaranya adalah Kiai Hasyim Muzadi Ketua Umum PBNU 1999-2010, Kiai Maimun Zubair, Sarang, Kiai, Kiai Badri Masduki, pengasuh Pesantren Badridduja Probolinggo dan Kiai-kiai nusantara lainnya.

Pada sekitar tahun 1998, saya menyaksikan ketiga kiai tersebut sangat intens berkunjung ke Syria untuk silaturahmi dengan para ulama di negeri Syam, termasuk Syeikh Buthi. Bahkan, para Gus putra-putra mereka juga dikirim untuk menuntut ilmu di Damascus.

Para Kiai nusantara melanjutkan tradisi membangun jaringan dengan para ulama di Syria. Inilah salah satu cara untuk menghidupkan ketersambungan sanad ilmu para ulama nusantara dengan ulama-ulama di Timur Tengah yang bergenre sama, yaitu aqidah ahlussunnah waljamaah.

Saya mulai paham kenapa Kiai Hasyim Muzadi saat menjadi ketua PBNU sering wara-wiri ke negara Arab menemuai para ulama di sana, salah satu di antara alasannya adalah menyambungkan garis keilmuan dan garis perjuangan ulama aswaja, baik di Indonesia maupun di dunia.

Penguatan jaringan ulama aswaja sangat diperlukan karena gempuran ideologi kanan dan kiri, gempuran dari salafi wahabi, gempuran harokah islamiyah dan islam transnasional pasca reformasi di tanah air semakin menguat dan berpotensi mengancam kehidupan yang damai dan harmoni di bumi nusantara.

Trend pemikiran ulama aswaja yang moderat dan toleran tidak ekstrem atau radikal serta tidak kolot dan mampu mengkontekstualisasi teks klasik dengan gagasan-gagasan modern termasuk menerima konsep negara bangsa (nation state) memasukkan substansi ajaran islam dalam falsafah dan ideologi bangsa menafsir ulang konsep-konsep kenegaraan, perundang-undangan dan lainnya agar sesuai dengan konteks zaman.

Gerakan Islam Nusantara yang dipopulerkan oleh NU periode saat ini, seharusnya jangan dimaknai sebagai konsep untuk memperkenalkan kehidupan Islam di nusantara kepada dunia luar saja, akan tetapi juga dimaksudkan untuk memperkuat ikatan para ulama aswaja lintas negara untuk membumikan konsep moderasi islam sehingga dapat bersinergi dengan tatanan geopolitik dan geostrategi internasional dalam mewujudkan tatanan dunia yang damai.

Salah satu gagasan Kiai Hasyim Muzadi yang patut dilanjutkan adalah menjadikan konsep aswaja sebagai salah satu solusi konflik internal di antara negara-negara Arab. Konsep aswaja harus bisa membantu mengurangi ketegangan politik di kawasan Timur Tengah yang dipicu oleh persaingan antara Saudi Arabia dan Iran yang dipicu oleh konflik Sunni - Syiah serta konflik Israel - Palestina.

Mampukah ulama Aswaja lintas negara mewujudkan ini? Peran Aswaja Indonesia sangat diperlukan untuk mendobrak kebuntuan ini. Politik luar negeri kita yang sudah menjadikan islam moderat sebagai tools dalam diplomasi internasional sejak 2001 jika disinergikan dengan gagasan aswaja nusantara maka akan menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk menciptakan perdamaian diberbagai kawasan konflik. 

*Penulis adalah peneliti pada Istitut Hasyim Muzadi (IHM) Depok Jawa Barat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO