Berkah Perajin Barongan di Tengah Pandemi, Dapat Pesanan dari Hongkong dan Malaysia

Berkah Perajin Barongan di Tengah Pandemi, Dapat Pesanan dari Hongkong dan Malaysia Barongan buatan Sujali merambah Hongkong dan Malaysia. foto: kominfo

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Pandemi Covid-19 berdampak di berbagai bidang kehidupan. Termasuk sepinya pertunjukan yang menghadirkan banyak masa, karena memang masih dilarang. Tak terkecuali pertunjukan jaranan. 

Namun siapa sangka, Sujali, seorang Barongan asal Desa Panjer Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, justru menuai berkah. Ia kebanjiran order Barongan.

Barongan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah seni pertunjukan rakyat yang berupa tiruan binatang buas (singa dan sebagainya) yang digerak-gerakkan oleh orang yang berada di dalamnya. Barongan salah satu perangkat penting dalam tradisional Jaranan.

Rata-rata dalam sebulan semenjak wabah Covid melanda, tak kurang dari 4 buah pesanan barongan datang dari berbagai kota di tanah air. Sujali adalah seorang laki-laki renta yang sejak 2008 silam konsisten menggeluti usaha pembuatan barongan. 

Selain itu, ia juga menerima berbagai pesanan penunjang pertunjukan Jaranan atau Kuda Lumping seperti, pakaian barong, jaran kepang, celengan, bahkan topeng ganongan.

Dengan berbekal kayu cangkring yang diperoleh dari hutan, ia memahatnya menjadi sebuah karya seni yang bernilai ekonomis tinggi. Ia menggunakan kayu cangkring karena kayu tersebut mempunyai beban yang ringan dan lebih mudah dibuat barongan.

"Diameter barongan 22 hingga 24 centimeter. Kalau menggunakan kayu cangkring suara yang dihasilkan lebih merdu. Selain itu, untuk proses pahatannya juga mudah karena kayunya tersebut bersifat ringan," kata Sujali.

Harga yang ia patok untuk sebuah barongan dan pakaiannya bekisar antara Rp 3,8 juta hingga Rp 4 juta. Selain dari Kabupaten dan Kota Kediri, pesanan barongan datang dari Tulungagung, Gresik, Surabaya, Jember, Pasuruan dan Malang. Selain itu, tak jarang pesanan juga datang dari luar Indonesia seperti dari Hongkong dan Malaysia.

Menurut Sujali, saat ini ia sangat kewalahan menerima pesanan. Bahkan sebagian ada yang ditolak karena keterbatasan tenaga pembuat barongan. 

"Saya dibantu istri sebagai penjahit baju barongan, dan anak saya mendapat bagian untuk mengecat barongan. Sedangkan saya yang melakukan pahatan. Sebenarnya pesanan sangat banyak, namun dalam satu bulan saya hanya mampu menyelesaikan 4 buah barongan saja, karena keterbatasan tenaga," terang Sujali.

Dari kreasi barongan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kediri melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kerap mengikutkannya dalam pagelaran , termasuk pentas 1.000 Barong. "Terakhir mengikuti tari 1.000 Barong di Simpang Lima Gumul tahun 2018 silam, saya mengeluarkan 47 barongan," tutup Sujali. (uji/ian)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO