Akhir Bulan Suro, Arca Totok Kerot di Kediri Dijamas Air dari 7 Sumber dan Harum Bunga Melati

Akhir Bulan Suro, Arca Totok Kerot di Kediri Dijamas Air dari 7 Sumber dan Harum Bunga Melati Idris, Juru Pelihara Arca Totok Kerot (kiri) dibantu dua rekannya saat membersihkan arca Totok Kerot. Foto: MUJI HARJITA/ BANGSAONLINE

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Arca Totok Kerot di Dusun Kunir, Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, dijamas (dicuci) dengan air dari 7 mata air dan harum bunga melati, Kamis (24/7/2025) sore.

Jamasan sengaja dilakukan pada akhir bulan Suro, untuk membersihkan tubuh arca dari berbagai kotoran yang menempel.

Idris, koordinator juru pelihara se-Kabupaten Kediri yang mengampu di Arca Totok Kerot, mengatakan bahwa jamasan dilakukan di penutup bulan Suro.

Menurut Idris, tujuan jamasan ini adalah untuk pembersihan arca itu sendiri dengan air yang diambil dari 7 sumber.

"Air diambil dari 7 mata air di Kecamatan Pagu. Sedangkan bunga yang dipakai untuk siraman adalah bunga melati. Kegiatan ini sebenarnya dilaksanakan setiap tahun, tapi sudah terputus ketika pandemi Covid-19 melanda sekitar tahun 2020. Dan baru dimulai lagi pada tahun 2025 ini," ucap Idris.

Sedangkan, Eko Priatno, Kabid Sejarah dan Purbakala Disparbud Kabupaten Kediri yang hadir pada kegiatan itu, mengatakan bahwa jamasan Arca Totok Kerot ini inisiatif dari komunitas juru pelihara.

Di Kabupaten Kediri sendiri ada komunitas juru pelihara yang terdiri 19 orang dari Kabupaten Kediri dan 2 orang dari provinsi.

"Mereka ini berinisiatif melakukan jamasan, yaitu resik-resik (bersih-bersih) di akhir bulan Suro. Karena ini bulan suro, maka diagendakan sedemikian rupa agar nilai-nilai yang lain juga muncul. Perlu diketahui, Arca Totok Kerot ini apabila kita bicara arkeologi, arca ini adalah arca Duarlapala," ungkap Eko.

Eko menyebut, bahwa Arca Totok Kerot juga memiliki legenda di masyarakat. "Ini juga ingin ditampilkan oleh juru pelihara, menjadi bagian penting dalam pelestarian kebudayaan secara umum," katanya.

"Arca Totok Kerot ini juga memiliki nilai-nilai lain selain aspek cagar budaya. Momentum ini sangat baik untuk mengenalkan kepada generasi muda, bahwa selain sebuah arca yang berbentuk patung raksasa Duarlapala, ada pesan moral dari cerita rakyat yang terkandung dalam arca ini," terangnya.

Di dalam cerita foklor, lanjut Eko, arca ini diceritakan sebagai putri cantik dari daerah selatan yang ingin melamar Raja Kediri Sri Aji Joyoboyo. Tapi perangainya yang kurang santun, maka Sri Aji Joyoboyo marah atau murka dan mengutuknya menjadi patung.

"Ada pesan moral bahwa dalam hidup, kita harus andap asor dan menjunjung tinggi sopan santun," urainya.

Totok Kerot merupakan tokoh perempuan dalam cerita rakyat yang tersebar di sekitar Kediri. Sedangkan nama asli Totok Kerot adalah Dewi Surengrana yang berasal dari Blitar.

Totok Kerot adalah sebutan untuk Dewi Surengrana karena sifatnya yang buruk. Menurut ceritanya, Totok Kerot itu sebelumnya adalah seorang perempuan yang sangat cantik dan berbau sangat harum.

Waktu itu, sang putri datang ke Pamenang dengan maksud untuk melamar Raja Kediri Sri Aji Jayabaya yang sangat tersohor kedigdayaannya. Namun sayang, Raja Jayabaya menolak.

Karena sang putri tetap nekad, maka terjadilah perang. Singkat cerita, sang putri akhirnya kalah dan disabda oleh Sang Raja menjadi arca berbentuk raksasa perempuan. (uji/rev)