Harga Gabah di Bojonegoro Turun, Petani Resah

Harga Gabah di Bojonegoro Turun, Petani Resah Para petani di Desa Temu, Kecamatan Kanor sedang melakukan transaksi jual-beli. Petani dan tengkulak melakukan aktifitas menimbang gabah basah. Foto: Eky Nurhadi/BangsaOnline.

BOJONEGORO (BangsaOnline) - Harga jual gabah basah dari para petani di Bojonegoro terus mengalami penurunan. Dari sebelumnya harga Rp4.600 perkilo gramnya, kini turun menjadi Rp4.400/kg. Meski turunnya harga gabah basah tersebut tidak terlalu drastis, namun para petani sudah mulai resah.

Salah satu petani di Desa Temu, Kecamatan Kanor, Munawi (45) misalnya, ia dan petani lain setelah mengetahui jika harga gabah basah mulai turun, langsung menpercepat pemanenan tanaman padinya. Hal itu dilakukan agar tidak sampai merugi dan masih bisa menjual gabahnya dengan nilai lumayan tinggi seharga Rp4.400/kg.

"Sejak kemarin (17/1) sudah mulai turun 100 rupiah, hari ini turun lagi. Bisa jadi turunnya harga gabah basah sampai Rp400 per-kilo gramnya," jelasnya, Minggu (18/1/2015).

Menurut dia, turunnya harga gabah itu dipicu karena beberapa kota di Jawa Tengah, seperti Kudus, Rembang dan Pati sedang melangsungkan panen raya. Sehingga, para pembeli atau penebas padi yang mayoritas dari wilayah Jawa Tengah sudah mendapatkan stok yang melimpah dari wilayah Jawa Tengah dan mengakibatkan harga gabah di Bojonegoro turun.

"Tiap tahun yang membeli gabah di sini (Kanor,red) kebanyakan orang dari Jawa Tengah, tetapi sekarang wilayah sana juga sedang panen, makanya stoknya sudah banyak," imbuhnya.

Petani lain di Dusun Nunuk, Desa Pomahan Kecamatan Baureno, Ahmadi (35) juga sudah mendengar kabar jika sejak kemarin harga gabah petani yang dijual kepada tengkulak mengalami penurunan. Meski demikian, ia tidak buru-buru memanen dini tanaman padinya. Sebab, hektaran tanaman padinya sekira seminggu lagi baru bisa dipanen.

"Kalau masalah turunnya harga gabah ya perlu disayangkan, tetapi mau bagaimana lagi. Alhamdulillah saja masih diatas Rp4.000 perkilo gram, soalnya panen sebelumnya jauh lebih murah senilai Rp3.000 sampai Rp3.300 perkilo gramnya," katanya.

Ditambahkan, kebanyakan warga desa sekitar menjual gabahnya dengan cara ditebas atau diborong oleh para tengkulak. Misalnya, perhektarnya dibeli senilai Rp1 juta. Namun, pada saat harga gabah turun seperti saat ini para tengkulak yang merugi tersebut akan memotong uang dari transaksi awal.

"Kalau tengkulaknya rugi ya dipotong tapi sedikit. Istilahnya saling mengerti, soalnya terkadang waktu membelinya harga tinggi tetapi tengkulaknya menjual dengan harga rendah," sambungnya.

Sementara itu, Kepala , Ahmad Djupari ketika dikonfirmasi mengaku belum mendapat informasi turunnya harga jual gabah basah dari para petani.

"Belum ada informasi, harga gabah dari petani masih Rp4.600 perkilo gramnya. Kalaupun turun mudah-mudahan tidak banyak," kata Djupati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO