
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Setelah menelusuri jejak perjuangan patriotik dan aksi-aksi heroik KH Muhammad Yusuf Hasyim dalam perang kemerdekaan RI, menangkal komunis, dan mempertahankan ideologi Pancasila serta NKRI, Prof Dr Usep Abdul Matin berkesimpulan bahwa KH Muhammad Yusuf Hasyim bukan hanya layak sebagai pahlawan nasional, tapi juga perlu namanya dibadikan menjadi nama jalan. Di kabupaten mana saja? Silakan ikuti serial tulisan ke-9 M. Mas’ud Adnan, wartawan BANGSAONLINE di bawah ini.
“Perlu ada jalan atau gang dengan nama KH M Yusuf Hasyim,” kata Prof Usep Abdul Matin, MA (Leiden), MA (Duke), Ph.D, Ketua Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) Jakarta kepada BANGSAONLINE setelah berbulan-bulan mengumpulkan data primer dan menuliskannya dalam buku Profil Calon Pahlawan Nasional Kiai Haji Muhammad Yusuf Hasyim (1929-2007) Tebuireng, Jombang, Jawa Timur Berdasarkan Sumber-Sumber Primer.
Tujuannya, selain untuk mengharagi jasa besar Pak Ud – panggilan KH M Yusuf Hasyim – juga agar generasi muda mendatang bisa meneladani perjuangan putra bungsu Hadratussyakh KH Muhammad Hasyim Asy'ari itu. Sebab keberanian, heroisme dan patriotisme Pak Ud sangat langka. Apalagi Kiai Yusuf Hasyim merintis perjuangan dan kepahlawannya sejak usia sangat belai 12 tahun.
“Sekarang kita saat usia 12 tahun ada di mana, mungkin kita sendiri sedang main, cari ikan di sungai,” kata Prof Usep. “Sedangkan Pak Ud di usia itu sudah pegang senjata, perang melawan penjajah, bahkan mendatangi panser, mobil tank, mobil konvoi, dan meledakkannya,” tambah Prof Usep.
Rumah berarsitektur Belanda ini hingga sekarang masih tegak berdiri di Kesamben Jombang. Rumah ini pernah menjadi pusat atau markas perjuangan para Laskar Hizbullah. Foto: M. Riza Yusuf Hasyim/Pesantren Tebuireng
Lalu di titik-titik mana saja yang seharusnya dijadikan jalan KH M Yusuf Hasyim? Guru besar sejarah dan peradaban Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu menjelaskan bahwa daerah yang perlu dijadikan nama jalan KH M Yusuf Hasyim adalah kawasan yang telah menjadi jejak perjuangan Kiai Muhammad Yusuf Hasyim, terutama daerah yang diselamatkan oleh Pak Ud. Antara lain Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, Madiun, Ponorogo dan sebagainya.
“Pak Ud telah menyelamatkan Jombang dari agresi militer Belanda sehingga Jombang menjadi kawasan aman. Pak Ud juga merebut Perning, Krian Sidoarjo dan Mojokerto dari garis van Mook pada Agresi Militer II (19-20 Desember 1948), ketika usia Pak Ud 19 tahun,” kata Prof Usep sembari mengutip data-data primer. Garis van Mook adalah perbatasan wilayah yang dikuasasi pemerintah Hindia Belanda.
Menurut Prof Usep, Kiai Yusuf Hasyim juga telah menyelamatkan Madiun dan sekitarnya dari upaya PKI untuk menjadikan Madiun sebagai pemerintahan Soviet.
“Pak Ud juga menyelamatkan kiai dan tokoh-tokoh Ponorogo, termasuk Pondok Gontor dan para kiai serta santrinya dari kepungan tentara PKI sehingga tokoh-tokoh Ponorogo dan sekitarnya seperti Megetan selamat dari serangan tentara PKI,” kata Prof Usep sembari mengatakan bahwa Kiai Yusuf Hasyim menyelamatkan kawasan itu bersama kakaknya dari Pesantren Tebuireng, KH Abdul Kholiq serta pasukan Laskar Hizbullah.
Prof Usep Abdul Matin, MA (Leiden), MA (Duke), Ph.D. Foto: MMA/bangsaonline
Jadi di 5 kabupaten yang menjadi jejak perjuangan Kiai Yusuf Hasyim itulah yang perlu ada jalan yang mengabadikan nama KH M Yusuf Hasyim. Prof Usep menunjuk salah contoh wilayah yang perlu diberi nama Jalan KH M Yusuf Hasyim adalah Kesamben yang terletak antara Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto.
Menurut Prof Usep, semula Kesamben masuk dalam garis van Mook (daerah kekuasaan Hindia Belanda). “Pada tahun 1947, usia ke-17 atau ke-18 tahun, Kiai Muhammad Yusuf Hasyim berhasil merebut Kesamben dari kekuasaan van Mook (Pemerintah Hindia Belanda). Sebelum tahun 1947, Kesamben masih merupakan daerah Mojokerto (masuk van Mook),” kata Prof Usep.
Bahkan, tutur Prof Usep, Kiai Muhammad Yusuf Hasyim menerima langsung peralihan kekuasaan Kesamben menjadi bagian dari Jombang. Di Kesamben itu juga ada saksi sejarah berupa rumah berarsitektur Belanda yang pernah menjadi markas Laskar Hizbullah.
“Kini, tempat di mana KH M Yusuf Hasyim menerima peralihan penguasan wilayah Kesamben itu, menjadi “rumah sejarah di Kesamben”,” tegas Prof Usep.
Menurut Prof Usep, Kiai Yusuf Hasyim akhirnya bisa mempertahankan Jombang sehingga garis van Mook tidak meluas ke Jombang. Capaian ini, kata Prof Usep, telah membuka jalan bagi Kolonel Infantri Soengkono, Komandan Divisi I Brawijaya 1948-1950 dan pasukan militernya di Jawa Timur, untuk menggunakan Jombang, tepatnya Dusun Banjaranyar, Desa Sumber Agung, Peterongan, sebagai zona aman di masa gencatan senjata di November 1949.
“Zona aman ini membantu Divisi I Brawijaya untuk melakukan konsolidasi, membentuk formasi bataliyon yang baru dan melakukan pemeriksaan kesehatan untuk para pasukan,” kata Prof Usep. (M.Mas’ud Adnan)