Kasus Vaksin Palsu: Ratusan Warga Mengamuk di RS Harapan Bunda, 23 Orang jadi Tersangka

Kasus Vaksin Palsu: Ratusan Warga Mengamuk di RS Harapan Bunda, 23 Orang jadi Tersangka Sejumlah orang tua menggendong anaknya saat mendatangi Rumah Sakit Harapan Bunda di Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (15/7). foto: merdeka.com

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Ratusan warga yang anaknya menjadi korban menggeruduk Rumah Sakit Harapan Bunda, Ciracas, Jakarta Timur untuk meminta pertanggungjawaban. Warga yang tidak terima menjadi korban datang ke rumah sakit sekitar pukul 07.00 WIB.

Awalnya, warga diminta untuk melapor di pos pengaduan sementara di ruangan sebelah kiri gedung rumah sakit Harapan Bunda dan menunggu di ruang radiologi. Mereka dijanjikan akan ditemui petinggi rumah sakit.

Namun, hingga pukul 10.00 WIB tidak ada kejelasan dari pihak RS Harapan Bunda. Kesal tidak mendapat kejelasan, ratusan warga beramai-ramai menyambangi gedung bagian belakang dekat rumah duka. Sebab, beredar informasi petinggi rumah sakit berkumpul di lantai 4 gedung tersebut.

Saat akan masuk ke gedung tersebut, warga diadang aparat kepolisian dan sekuriti. Ditambah, gedung tersebut dikunci dari dalam. Warga pun terus mendesak agar bisa masuk dengan aksi dorong-dorongan dengan aparat yang berjaga sekitar pukul 11.00 WIB.

Setelah terjadi kerusuhan, akhirnya pihak perwakilan diperbolehkan naik ke lantai 4 dan berdiskusi dengan petinggi rumah sakit. Pada pukul 13.30 WIB, petinggi rumah sakit akhirnya menemui warga dan membacakan surat pernyataan atas masalah ini.

Pihak RS menyatakan, RS Harapan Bunda menjamin bahwa pasien yang divaksin di luar periode Maret s/d Juni 2016 dan membayar vaksin ke RS Harapan Bunda dan bukan ke dokter/perawat asisten dokter secara pribadi adalah asli.

Selain itu, dokter RS Harapan Bunda akan melakukan pemeriksaan ulang untuk pasien yang diindikasikan mendapatkan vaksin ulang. Apakah perlu akan divaksin ulang/tidak tergantung hasil pemeriksaan dokter.

Sementara Arthur (29), salah satu oran tua yang anaknya jadi korban menyayangkan kejadian tersebut. Arthur mengaku tidak menyangka rumah sakit tersebut menyebarkan . Padahal vaksin yang disediakan pihak RS Harapan Bunda dibeli dengan harga yang mahal. Untuk sekali vaksin, Arthur harus mengeluarkan uang sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta.

"Kecewa, kaget, ini RS mahal, vaksin di sini termasuk di atas Rp 500 ribu, enggak pernah di bawah. Kurang lebih di angka Rp 800 ribu sampai Rp 1 jutaan," kata Arthur di lokasi, Jumat (15/7).

Arthur menyebut anak pertamanya yang berusia 2 tahun, mulai dari persalinan rutin berobat di sana, dan tentunya pemberian vaksin. Sehingga dia sangat terkejut atas kabar RS Harapan Bunda menjadi salah satu rumah sakit penyedia .

Meski begitu, dia mengaku tidak tahu apa efek samping yang diduga telah diberikan kepada anaknya itu. Namun, sepengetahuannya, selama ini anak pertamanya itu sering terlihat lemas saat sedang bermain. Tak hanya itu, daya tahan tubuhnya pun lemah ketimbang anak-anak lainnya.

"Seperti tidak kuat daya tahan tubuhnya. Fisiknya seperti tidak kuat," kata pria yang tinggal di Kramat Jati ini.

Selain RS Harapan Bunda, juga diedarkan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Sayang Bunda. Direktur Rumah Sakit Ibu Anak Sayang Bunda, HUD (kini mantan), bahkan sengaja mencari untuk digunakan di rumah sakit yang dia pimpin.

Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri Brigadir Jenderal (Pol) Agung Setya, mengatakan, mulanya HUD yang juga dokter ini mencari di Pasar Pramuka, Jakarta Timur.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO