Peredaran Narkoba di Jombang Dikendalikan dari Dalam Lapas

Peredaran Narkoba di Jombang Dikendalikan dari Dalam Lapas Kasatresnarkoba Polres Jombang, AKP Moch Mukid (kanan), saat menunjukkan barang bukti. foto: RONY S/ BANGSAONLINE

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Satuan Reserse Narkoba Polres Jombang, Jawa Timur, menyebut peredaran narkoba di Jombang merupakan jaringan Lapas (lembaga pemasyarakatan). Hal ini diketahui dari penangakapan kurir sabu berinisial AEC (32) warga Desa Keras, Kecamatan, Diwek, beberapa waktu lalu.

Kepada polisi, AEC mengaku menjadi perantara sabu dengan sistem ranjau melalui seorang pengendali berinisial WW, yang diduga merupakan salah narapidana di sebuah lapas di Jatim. AEC sendiri ditangkap dengan barang bukti 200 gram lebih sabu, dan beberapa butir pil extacy di rumahnya.

Kasat Resnarkoba Polres Jombang, AKP Moch Mukid membeberkan, hasil interogasinya, AEC mengaku mendapatkan upah berupa sabu seberat 5 gram setiap satu kali pengiriman 2 ons sabu.

“Jadi AEC ini pengambilan sabunya melalui seorang pengendali berinisial WW. Pengambilannya di wilayah Sidoarjo, lokasinya berpindah-pindah. Dia naik bis dan ojek, ada beberapa tempat di sana,“ ungkap Mukid, Jum’at (14/12/18).

Setelah berhasil mengambil barang haram di Sidoarjo itu. AEC langsung menaruh di beberapa wilayah dengan lokasi yang telah ditentukan oleh WW. “Dia antar ke lokasi yang telah ditentukan seperti di Kediri dan Tulungagung. Jadi tugasnya AEC ini hanya sebagai kurir dia diberi upah 5 gram sabu setiap kali pengiriman,“ tuturnya.

AEC sendiri dibekuk polisi berkat pengembangan dari empat tersangka yang telah ditangkap sebelumnya. Kepada mereka inilah, AEC menjual sabu dari upahnya sebagai kurir. Menurut Mukid, butuh waktu yang tidak sebentar untuk menangkap AEC ini.

“Butuh waktu tiga hari pengembangan. Sebenarnya kami sudah endus AEC ini satu bulan, tapi kami harus ungkap dulu kaki-kakinya yang di bawah. Alhamdulillah sudah berhasil kami tangkap,“ terangnya.

AKP Moch Mukid menambahkan, bahwa pihaknya akan terus melakukan pengembangan terhadap jaringan tersangka AEC ini. Sebab dimungkinkan ada jaringan yang lebih besar lagi. Dia pun mengakui, saat ini rantai jaringannya mulai terputus di AEC, sebab antara kurir dan pengendali tidak saling kenal.

“Komunikasinya pakai telpon, setiap kali transaksi pengiriman nomonrya selalu ganti. Mereka pakai sistem ranjau. Untuk itu kami akan koordinasi dengan TI Polda, untuk mengakses nomor yang digunakan WW ini,“ pungkasnya. (ony/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO