
TULUNGAGUNG, BANGSAONLINE.com - Gangguan kesehatan mendadak sering kali menjadi beban berat bagi masyarakat, terutama dalam hal pembiayaan pengobatan. Namun, sejak hadirnya program JKN atau Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, banyak peserta merasa terbantu.
Program tersebut menjamin layanan promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif sesuai indikasi medis dan prosedur yang berlaku.
Salah satu kisah inspiratif datang dari Novitasari (35), warga Tulungagung. Ia mengalami gejala pusing berulang saat bekerja di Hongkong, dan selama 6 bulan hanya mengandalkan obat pereda nyeri tanpa pengawasan dokter.
“Awalnya, saya hanya sering pusing dan rasa pusing saya semakin sering muncul dan saya tidak kuat menahan sakit kepala hebat yang saya rasakan. Saya berpikir mungkin hanya karena capek bekerja, karena waktu itu saya bekerja di luar negeri untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Saya minum obat pereda nyeri setiap kali pusing, namun tetap tidak sembuh bahkan kaki saya bengkak,” paparnya, Jumat (22/8/2025).
Setelah memeriksakan diri, ia didiagnosis menderita hipertensi. Meski telah mengonsumsi obat rutin, kondisinya tidak membaik dan ia harus menjalani cuci darah selama sebulan di Hongkong.
Karena kondisi kesehatannya terus menurun, ia memutuskan untuk berhenti bekerja dan kembali ke Indonesia. Setiba di tanah air, Novita melanjutkan pengobatan menggunakan JKN.
Terdaftar sebagai peserta segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI), ia mendapat layanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan dirujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung.
“Saat sudah di Indonesia, saya langsung berobat menggunakan JKN. Bersyukur saya sudah terdaftar JKN, saya ikuti prosedur berobat di FKTP, kemudian dirujuk ke rumah sakit. Di rumah sakit, dokter juga memberikan rekomendasi untuk cuci darah rutin sebanyak 2 kali dalam satu minggu," kata Novitasari.
"Tak menunggu lama, saya segera dapat jadwal cuci darah rutin di Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung sudah hampir dua tahun sampai dengan saat ini,” imbuhnya.
Ia mengaku sangat terbantu karena tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Ia menyadari bahwa tanpa JKN, biaya cuci darah yang harus dijalani dua kali seminggu akan sangat memberatkan, apalagi dirinya sudah tidak mampu bekerja.
“Jika tidak ada JKN saya merasa sangat berat harus membayar biaya cuci darah. Biaya cuci darah mahal dan harus saya lakukan dua kali seminggu. Pengobatan penyakit saya juga akan lama, terasa berat apalagi saya sudah tidak mampu untuk bekerja lagi,” paparnya.
Kini, Novita berusaha menjaga semangat demi kesembuhan. Ia fokus menjalani pengobatan tanpa khawatir soal biaya.
“Sekarang saya hanya fokus menjaga kesehatan agar kondisi saya stabil. Saya juga semangat meskipun setiap minggu harus cuci darah, meskipun badan seringkali terasa sakit. Namun, dengan menjadi peserta JKN saya tidak perlu memikirkan biaya pengobatan," akunya.
"Rawat jalan yang rutin saya jalani dan juga mendapat obat yang harus saya konsumsi, semuanya tidak membayar sama sekali. Semoga BPJS Kesehatan tetap hadir dengan pelayanan terbaiknya bagi kami yang butuh pengobatan,” pungkasnya. (fer/mar)