
BANGSAONLINE.com - Wisudawan program doktor dari Departemen Teknik Sistem dan Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Yuniar Farida, merancang sebuah model reverse logistics atau logistik terbalik untuk daur ulang sampah plastik Polyethylene Terephthalate (PET).
Model yang menerapkan prinsip ekonomi sirkular ini dapat mengurangi kontribusi Indonesia sebagai salah satu produsen sampah PET terbesar dunia.
Dalam disertasinya, Yuniar mengungkapkan bahwa Indonesia berkontribusi terhadap 3.200 ton sampah plastik dunia. Angka tersebut disebabkan oleh popularitas plastik sebagai bahan baku yang dapat diproduksi menjadi berbagai produk.
“Terutama plastik jenis PET yang penggunaannya terus meningkat sebanyak 5,2 persen setiap tahunnya,” ungkap Yuniar, Kamis (17/4/2025).
Tingginya angka kontribusi Indonesia dalam memproduksi sampah plastik PET merupakan hal yang berbahaya, sebab membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengurai sampah plastik secara alami.
Sedangkan dalam jangka panjang, produksi sampah PET dapat memberikan kerugian dalam aspek lingkungan, kesehatan, dan ekonomi.
Yuniar mengatakan, salah satu solusi dari permasalahan ini adalah dengan menerapkan konsep ekonomi sirkular. Yakni menekankan pemanfaatan kembali sumber daya untuk meminimalkan limbah dan memaksimalkan nilai di setiap rantai prosesnya. Konsep ini dibahas dalam disertasinya yang berjudul Pemodelan Reverse Logistics Sampah PET Menuju Ekonomi Sirkular.
Dalam disetasinya, Yuniar berpendapat bahwa konsep ekonomi sirkular harus ditinjau secara multidisiplin dengan menerapkan berbagai tools. Ia kemudian merancang model reverse logistics PET penyokong ekonomi sirkular yang mampu mengetahui skenario atau strategi terbaik dalam mendaur ulang plastik PET.
Untuk mengawali penelitiannya, Yuniar melakukan analisis perilaku konsumen terlebih dahulu berdasarkan unsur demografis, yakni tempat tinggal, jenjang pendidikan, dan pendapatan. Hal ini membantu dalam mengetahui komponen sistem yang perlu ada dalam model reverse logistics yang akan dibuatnya.
Selain berdasarkan demografisnya, Yuniar juga menganalisis perilaku konsumen Theory of Plan Behaviour (TPB). Pendekatan ini memahami perilaku konsumen dari sudut pandang sikap, norma subjektif, kontrol perilaku yang dirasakan, norma moral, dan kesadaran konsekuensi.
Dari kedua analisis yang dilakukan, diperoleh beberapa perilaku yang akan menjadi pertimbangan dalam merancang skenario model.
Hasilnya, terdapat lima skenario yang dirancangnya. Meliputi penegakan hukum yang menetapkan sanksi tegas, penyediaan fasilitas yang mempermudah pengumpulan PET, edukasi yang meningkatkan kesadaran masyarakat, insentif berupa kompensasi bagi partisipan daur ulang, serta gabungan dari keempatnya.
Dari lima skenario yang telah dibuat dan diuji menggunakan simulasi sistem dinamik model reverse logistics, Yuniar menemukan skenario penegakan hukum dan gabungan keempat strategi dengan peningkatan sebesar tiga kali dari eksisting merupakan strategi terbaik yang dapat diadopsi di Indonesia. Keduanya dapat memberi peningkatan manfaat sebesar tiga kali dari eksisting jika tidak dihadapi dengan keterbatasan anggaran.
“Penerapan keduanya mampu mencapai target zero waste pada tahun 2050,” tutur dosen Matematika di salah satu universitas negeri di Surabaya itu.
Dengan adanya penelitian ini, Yuniar berharap bahwa hasil rekomendasi strategi yang telah disimpulkan dapat membantu pemerintah dalam mewujudkan zero waste dan memperkokoh implementasi ekonomi sirkular. Selain itu, Yuniar juga berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersinggungan dengan sektor terkait. (msn)