
SURABAYA, BANGSAONLINE.com-Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, kembali mengumpulkan para kiai dan tokoh masyarakat. Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu menggelar salat malam dan istighatsah untuk mendoakan diri sendiri, para pemimpin sekaligus memperingati HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Salat malam itu berlangsung 12 rakaat dengan 6 kali salam dan shalat witir 3 rakaat dua kali salam.
“Salat malam ini untuk terkabulnya hajat-hajat kita dan juga untuk mendoakan para pemimpin kita,” tegas Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA sesaat menjelang memulai salat malam dan istighatsah di kediaman Ning Imah, salah seorang putrinya, di kawasan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Kamis (14/8/2025) malam.
Hadir dalam acara itu Prof Dr KH Imam Ghazali Said, guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Prof Masdar Himy, Ph.D, mantan Rektor UINSA, Dr KH Ahmad Sujak, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jatim, Dr KH Ahmad Jazuli, Asisten Administrasi Umum Sekdaprov Jatim, Dr KH Muclis Muhsin, pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar Modung Bangkalan, Syaikh Ahmad Muhammad Mabruk Al Husaini asal Mesir, dan para kiai lainnya.
Salat malam itu dilaksanakan usai shalat jemaah isya’. Kiai Asep bercerita bahwa shalat malam itu diajarkan Imam Al Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin. “Addu’a alladzi laa yuraddu, doa yang tidak akan ditolak oleh Allah SWT,” kata Kiai Asep mengutip salah satu narasi dalam Kitab Ihya’ Ulumiddin.
Kiai Asep juga bercerita tentang perjalanan hidupnya. “Saya dulu tak punya apa-apa,” tutur putra pahlawan nasional, KH Abdul Chalim itu. Menurut Kiai Asep, kehidupannya baru lancar dan sukses setelah mengamalkan shalat malam itu.
“Tapi saya salat jam tiga malam,” ujarnya.
Karena itu Kiai Asep mengajak para kiai dan tokoh yang hadir mengungkapkan semua hajat-hajat atau permintannya kepada Alllah SWT dalam sujud setelah melaksanakan salat malam 12 rakaat.
“Nanti setelah salam terakhir kita sujud. Sujud itu diluar salat,” kata Kiai Asep.
Nah, saat sujud itulah semua permintaan atau hajat kita masing-masing diungkapkan kepada Allah SWT.
Namun Kiai Asep minta para kiai dan tokoh masyarakat juga mendoakan Presiden Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra (Gus Bara).
“Semoga tidak ada gangguan dan fitnah kepada Ibu Doktor Hajjah Khofifah Indar Parawansa,” kata Kiai Asep yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).
Khusus untuk Gus Bara Kiai Asep mengaku akan menggelar shalat malam dan istighatsah di Pendopo Peringgitan Kabupaten Mojokerto.
“Besok malam (Jumat malam),” tutur Kiai Asep.
Pesertanya tentu kiai, tokoh dan warga Mojokerto.
Menurut Kiai Asep, salat malam, istighatsah dan doa para kiai itu sangat penting agar kondisi pemerintah, khususnya Jawa Timur terus kondusif. Ia berharap program-program Pemprov Jawa Timur lancar dan sukses.
“Jangan sampai justru menjadi pintu masuk kelompok orang yang tidak menginginkan program Ibu Khofifah sukses,” kata Kiai Asep sembari menyebut narasi-narasi di media sosial yang dihembuskan orang tertentu untuk menyerang Gubernur Khofifah.
Kiai Asep mengaku gigih membela Khofifah karena Ketua Umum Pembina Pimpinan Pusat Muslimat NU itu adalah kader NU terbaik saat ini. “Ibu Khofifah adalah kader terbaik NU yang harus kita jaga,” kata Kiai Asep.
Gubernur Khofifah tidak hadir dalam acara salat malam dan istighatsah itu. Tapi, menurut Kiai Asep, mendoakan orang yang tidak hadir atau dia tidak tahu kalau sedang didoakan justru mustajab.
Seperti biasa, acara salat malam dan istighatsah itu diakhiri ramah tamah.