Istri Dokter Terserang Kanker, Dapat Tambahan Umur 5 Tahun Berkat Ikthtiar Obat TKI

Istri Dokter Terserang Kanker, Dapat Tambahan Umur 5 Tahun Berkat Ikthtiar Obat TKI Dahlan Iskan. foto: ist

Suatu saat Mas Ton mengatakan ke istrinya: lebih baik kalau ia yang meninggal dulu. Hasil pemeriksaan lab rutin mereka selalu saja Mas Ton yang lebih jelek. Sudah operasi jantung pula.

Sang istri juga tidak pernah masuk rumah sakit. Kok sekali sakit stadium 4.

Saya dan istri melayat ke rumah Mas Ton jam 5 pagi di hari Minggu itu. Mumpung masih sepi. Dokter Brahmana dan istri juga terlihat sudah di rumah duka. Jenazah baru tiba dari RS, baru akan dimandikan.

Mas Ton adalah dokter kandungan istri saya. Anak wedok saya pun ditangani Mas Ton. Juga Ivo, menantu saya. Dari situ saya tahu Mas Ton bisa masih di ruang praktik pada pukul 02.00 dini hari.

Sebelum pandemi pun Mas Ton masih praktik dokter. Maret tahun lalu pun masih. Padahal pandemi sudah mulai. Baru mulai April Mas Ton tidak praktik lagi.

Selama 40 tahun praktik, Mas Ton sempat mengalami permintaan aneh-aneh dari keluarga yang mau melahirkan. Terutama dari golongan Tionghoa. Misalnya banyak yang minta dioperasi caesar jam 00.05. Agar shio-nya sudah masuk shio yang lebih baik.

"Saya layani saja. Itu kan keyakinan mereka," kata Mas Ton.

"Minta tarif khusus?" tanya saya.

"Tidak," tegasnya.

"Kan ada yang untuk permintaan seperti itu mengenakan tarif tiga kali lipat... ," kata saya.

"Saya tidak mau begitu," jawab Mas Ton.

Waktu saya menjalani transplantasi hati di Tianjin, 2006, Mas Ton menjalani operasi jantung di Australia. Waktu saya melaksanakan bedah buku Ganti Hati –tiga bulan setelah operasi– Mas Ton yang jadi moderator –sama-sama baru selesai operasi besar.

Saya tidak perlu lagi menulis bagaimana Mas Ton menemukan Evie. Sudah ada di podcast saya kapan itu.

Obat TKI telah banyak memperpanjang umur manusia. "Keluarga saya juga kena . Juga minum obat TKI. Bertahan sudah 8 tahun," ujar ahli Prof Dr Ario Jatmiko yang memiliki rumah sakit Ongkologi di Surabaya. "Sayangnya keluarga saya itu kena serangan kedua, isofagus," ujar Prof Miko.

Seberapa mahal obat itu? Sehingga hanya yang kaya yang bisa mendapatkannya?

Saya pun mengumpulkan informasi. Untuk minum tiap hari, setiap bulan habis antara Rp 30 sampai Rp 50 juta. Kalau mau tambah umur lima tahun tinggal mengalikan 50 x 12 x 5 saja.

Karena itu obat ini belum populer di Indonesia. Tidak semua rumah sakit memiliki cadangan obat itu.

Itu berbeda dengan di negara yang sistem jaminan kesehatannya lengkap: termasuk mencakup obat tersebut.

Negara memang harus menghemat uang. Termasuk uang asuransi. Bahwa bocor Rp 16 triliun di asuransi A dan Rp 16 triliun lagi di asuransi B, itu kan bukan asuransi kesehatan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Terbukti! Cara ini Basmi Kecoa di Mobil Anda':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO