Kandang Ayam di Desa Bancar Diprotes Warga, Kapolres Ponorogo Turun Tangan

Kandang Ayam di Desa Bancar Diprotes Warga, Kapolres Ponorogo Turun Tangan Kapolres Ponorogo AKBP Harun Yuni Aprin memimpin mediasi antara pemilik kandang dan warga yang protes.

PONOROGO, BANGSAONLINE.com - Keberadaan kandang ayam petelur milik Sutarno yang berada di Desa Bancar, Kecamatan Bungkal, membuat Kapolres , AKBP Harun Yuni Aprin turun tangan karena diprotes warga sekitar. Kapolres beserta jajaran dan Kepala Desa Bancar Pamuji mengunjungi kandang ayam tersebut, Rabu (25/1). Kapolres AKBP Harun Yuni Aprin menyampaikan bahwa pihaknya memediasi antara warga yang bersengketa.

"Demi terjaganya kamtibmas dan menyaksikan langsung kondisi riil di lapangan saya datang langsung ke TKP," kata Kapolres .

"Dari laporan yang masuk, lanjutnya, dari beberapa kali pertemuan antarwarga belum menemukan titik temu dan berpotensi menimbulkan konflik. Oleh karena itu, akan segera dikoordinasikan antara pemilik, warga yang memprotes, dan aparat Desa Bancar serta Kecamatan Bungkal," imbuhnya.

Langkah selanjutnya, hari Sabtu (28/1) mendatang, pihaknya akan bertemu lagi dengan mengundang para ahli dari dinas terkait. Seperti Dinas Peternakan untuk mengatasi permasalahan utama, yaitu timbulnya bau yang menyengat akibat kotoran ternak seperti yang dikeluhkan warga sekitar.

Sementara menurut Sutarno, pemilik kandang ayam, bahwa usahanya baru berjalan tujuh bulan dengan total 1.200 ayam petelur. Ia mengklaim usahanya sudah sesuai dengan prosedur, sehingga dirinya merasa heran dengan keluhan warga sekitar.

“Saya sendiri merasa heran karena warga 3 KK yang mengeluhkan bau menginginkan kandang ini dikosongkan. Padahal saya merasa tidak bau,” ujar mantan carik tersebut.

Sementara menurut Maksum, warga sekitar yang menolak keberadaan kandang menyampaikan bahwa dirinya dan keluarganya menginginkan kandang dikosongkan karena dampak yang diterima sangat luar biasa.

“Kami bersama enam rumah di sekitar menolak keberadaan kandang karena pertama baunya menyengat. Kedua karena disemprot memakai formalin, mata kami terasa sakit dan pipi terasa panas. Yang ketiga nyamuknya sangat banyak,” ujarnya.

Ia bersama warga lainnya sudah mengingatkan untuk mengurangi kapasitas ayam sehingga dampaknya bisa berkurang atau ditutup dengan maksimal. Selain itu, di awal pembangunannya, pemilik ternak ini tidak meminta izin kepada lingkungan. Bilangnya mau buat rumah namun kenyataannya untuk kandang ayam,” lanjut Maksum.

Untuk itu, pihaknya meminta kepada aparat terkait untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan baik. Pasalnya, mereka merasa terganggu, bahkan menderita akibat kandang ayam ini. (yah/rd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO