Arkeolog: Wilayah Selatan Bojonegoro Dahulu Merupakan Dasar Laut

Arkeolog: Wilayah Selatan Bojonegoro Dahulu Merupakan Dasar Laut Batu-batu besar yang ada di wilayah perbukitan selatan Bojonegoro. Wilayah tersebut diduga merupakan dasar laut 4000 tahun silam. foto: EKY NURHADI/ BANGSAONLINE

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Wilayah selatan Kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, tepatnya di Kecamatan Temayang merupakan daerah perbukitan. Daerah tersebut diduga dahulu merupakan dasar laut. Hal itu didukung dengan temuan fosil hewan laut yang ada di wilayah sekitar.

Salah satu komunitas arkeologi di Bojongeoro yang menamakan diri Museum 13, mencoba menelusuri ke wilayah setempat. Dari hasil penelusuran itu, banyak ditemukan fosil jenis idakna, atau fosil kerang yang paling tua. Fosil landak laut atau bulu babi (echinoidea) dan empat spesies fosil conus (mollusca) juga ditemukan.

Harry Nugroho, koordinator museum 13 mengungkapkan, fosil hewan laut tersebut ditemukan di sekitar Gunung Bandungan, Desa Soko, Kecamatan Temayang, . Letak temuan tersebut menyebar di sekitar Goa Gondel. Temuan-temuan tersebut akhirnya diselamatkan untuk pendokumentasian salah satu sejarah .

"Yang paling menarik adalah jenis temuan conus sudah mengkristal. Diduga itu karena saking tuanya," ujarnya, Jumat (6/1/17).

Temuan fosil laut itu terletak di wilayah dataran tinggi di . Fosil itu ditemukan terletak pada ketinggian 335 DPL (di atas permukaan laut). Diduga wilayah tersebut sekitar 3.000 sampai 4.000 tahun silam merupakan wilayah dasar laut. Selain adanya temuan fosil laut, dugaan tersebut diperkuat dengan jenis formasi tanah di lokasi.

Menurut Guru yang mengajar di SDN 1 Panjunan, Kecamatan Kalitidu, itu, jenis lapisan tanah di wilayah selatan terbentuk dari lapisan/formasi sonde, dengan ciri batuan andesit, dan batuan pasiran atau gampingan.

"Sayangnya sudah banyak temuan yang hilang karena ulah kolekdol (istilah sendiri, penjual fosil ilegal)," terangnya.

Komunitas Arkeologi yang aktif menjaga situs di itu sering melakukan ekspedisi secara independen untuk menjaga sejarah yang membentuk . Mereka menyimpan banyak benda cagar budaya dan temuan fosil yang disimpan di Museum komunitas. Benda-benda sejarah tersebut sebagai bahan ajar terhadap anak-anak sekolah.

Ekspedisi atau mereka biasanya menyebut Gladak itu dilakukan oleh berbagai kalangan yang memiliki kesadaran untuk menjaga sejarah yang tidak terawat. Beberapa di antaranya Supangat yang merupakan pensiunan Kodim 0813, Suheri Guru di sekolah yang ada di , Agung dan Rachmad Tri Sumitro.

Sekadar diketahui, lokasi temuan fosil-fosil hewan laut dan fosil daun itu merupakan lahan milik perhutani yang dijadikan sebagai lahan pertanian. Saat ini lahan tersebut sedang ditanami jagung. Lahan tersebut dikelola oleh petani sekitar hutan. Mereka melakukan gladak dengan menggunakan biaya sendiri. (nur/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Perahu Penyeberangan Tenggelam di Bengawan Solo, Belasan Warga Dilaporkan Hilang':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO