Menjaga Kredibilitas Media, Sejarawan Prof Asvi Salah soal Gus Ipul

Menjaga Kredibilitas Media, Sejarawan Prof Asvi Salah soal Gus Ipul Aguk Irawan. Foto: Instagram Aguk Irawan Mn.

Edisi Kamis, 30 Oktober 2025.

Kompas memuat tulisan sejarawan Asvi Warman Adam "Solusi Polemik Pahlawan Nasional" dan menyebutkan salah satu calon pahlawan nasional, KH M Yusuf Hasyim, sebagai ayah dari Menteri Sosial, Saifullah Yusuf. "Salah seorang diantaranya adalah Jusuf Hasyim, ayah Sang Menteri." Katanya dalam artikel itu, merujuk kalimat sebelumnya yang menyebut Saifullah Yusuf sebagai Menteri Sosial.

Kesalahan penulisan nama, seperti yang terjadi di edisi Kompas kali ini dapat mengubah persepsi negatif, dan menimbulkan kesalahpahaman di kalangan pembaca. Oleh karena itu, penting bagi penulis dan media untuk memastikan bahwa informasi yang disajikan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Terlebih, ini terkait usulan calon pahlawan yang di sana ada proses panjang dan tim pengusul. Maka kesalahan itu bisa dianggap merugikan warisan sejarah KH M Yusuf Hasyim dan mengurangi pentingnya kontribusinya terhadap bangsa dan negara. Karena publik langsung mencap adanya praktik nepotisme.

Dalam konteks ini, kesalahan penulisan tentang KH M Yusuf Hasyim sebagai ayah dari Saifullah Yusuf bukanlah sekadar kesalahan teknis, melainkan juga mencerminkan kurangnya ketelitian, apalagi sebagai seorang sejarawan yang punya kredibilitas, Asvi Warman Adam seharusnya lebih berhati-hati dalam menyajikan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pada sisi lain, Kompas, sebagai salah satu sumber berita terpercaya di Indonesia, memiliki tanggung jawab besar untuk menyajikan informasi yang akurat dan objektif. Kesalahan penulisan seperti ini dapat merusak kepercayaan publik dan mengurangi kredibilitas Kompas sebagai sumber berita yang dapat dipercaya.

Dalam menanggapi kesalahan ini, Kompas perlu melakukan beberapa hal. Pertama, Kompas perlu meminta klarifikasi dari Asvi Warman Adam tentang kesalahan penulisan ini. Kedua, Kompas perlu memuat klarifikasi dan ralat tentang kesalahan penulisan ini dalam edisi berikutnya. Ketiga, Kompas perlu melakukan evaluasi internal untuk memastikan bahwa kesalahan serupa tidak terjadi di masa depan.

Dalam penulisan sejarah, kesalahan penulisan seperti ini dapat dihindari dengan melakukan chek and rechek dengan teliti. Penulis dan media perlu memastikan bahwa informasi yang disajikan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, apalagi ini menyangkut nama yang sangat dihormati. Dengan demikian, kredibilitas dan kepercayaan publik terhadap sumber berita dapat dipertahankan.

Dalam konteks yang lebih luas, kesalahan penulisan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang pentingnya literasi sejarah dan kesadaran akan pentingnya akurasi dalam penulisan sejarah. Sebagai masyarakat, kita perlu memahami bahwa sejarah bukan hanya sekadar catatan masa lalu, melainkan juga cerminan dari identitas dan nilai-nilai yang kita anut saat ini.

Sekali lagi, kesalahan penulisan tentang KH M Yusuf Hasyim sebagai ayah dari Saifullah Yusuf adalah kesalahan yang tidak dapat diterima. Kompas perlu melakukan klarifikasi dan ralat secepatya tentang kesalahan penulisan ini dan memastikan bahwa kesalahan serupa tidak terjadi di masa depan. Dengan demikian, kredibilitas dan kepercayaan publik terhadap sumber berita dapat dipertahankan. Wallahu'alam Bishawab.

[Aguk Irawan MN, Anggota Tim Pengusul KH M. Yusuf Hasyim sebagai Pahlawan Nasional]