
BALI, BANGSAONLINE.com - Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Bali sejak Rabu (10/9/2025) dini hari telah menelan korban jiwa, dan menyebabkan kerusakan infrastruktur secara masif. Hingga Kamis (11/9/2025) sore, tercatat 16 orang meninggal dunia dan 1 orang masih dinyatakan hilang.
Menurut laporan resmi dari Polda Bali, korban tewas tersebar di beberapa wilayah, yakni 10 orang di Kota Denpasar, 3 orang di Gianyar, 2 orang di Jembrana, dan 1 orang di Badung. Proses pencarian terhadap korban hilang masih terus dilakukan oleh tim SAR gabungan.
Ibu Hamil Tewas Terbawa Arus
Seorang ibu hamil berusia 23 tahun dari Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, Nita Kumalasari, dikabarkan meninggal dunia saat ditemukan oleh warga di wilayah Banjar Munduk, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, pada Rabu (10/9/2025). Ia diduga meninggal dunia akibat tenggelam, dan tidak terdapat luka di tubuhnya.
Warga Tersengat Listrik
Seorang warga asal Desa Dangintukaya, Jembrana, I Komang Oka Sudiastawa (38), diduga meninggal dunia akibat tersengat aliran listrik ketika menggeser pagar rumahnya yang tergenang banjir. Korban akhirnya terjatuh dan mengambang di derasnya arus banjir yang hampir merendam sebagian Jalan Denpasar.
Hanyut Bersama Mobil
Endang Cahyaning Ayu (42) ditemukan setelah dilaporkan hilang saat terbawa arus dalam kondisi masih terjebak di mobil. Jasadnya ditemukan tergeletak sekitar 2 kilometer lebih dari titik hilang, dan diketahui berada bersama suaminya Jumaali (57).
Kapolsek Kuta Utara, Kompol I Ketut Agus Pasek Sudina, menyebut Jumaali tengah dirawat di rumah sakit, namun sang istri masih terjebak dalam mobil dan terbawa arus banjir dari utara ke selatan.
"Korban sudah dievakuasi dan dibawa ke Rumah Sakit Mangusada Badung di Kelurahan Kapal," ujarnya.
Dijelaskan olehnya, jasad Ayu ditemukan petugas proyek vila di Kelurahan Kerobokan Kelod dalam kondisi tertimpa tembok yang roboh.
Banjir Bali
Banjir yang dipicu oleh curah hujan ekstrem mencapai 385 mm dalam 24 jam ini disebut sebagai salah satu yang terparah dalam satu dekade terakhir.
BMKG menjelaskan bahwa fenomena atmosfer seperti gelombang Rossby dan Kelvin turut memperparah intensitas hujan, yang sebelumnya tidak terdeteksi dalam prakiraan cuaca reguler.
Kerusakan infrastruktur terjadi di berbagai titik. Puluhan rumah warga di bantaran sungai ambruk, sementara jalan nasional lumpuh akibat genangan air dan longsor.
Beberapa fasilitas umum seperti sekolah, balai desa, dan mushala dialihfungsikan menjadi posko pengungsian darurat.
Hingga saat ini, tercatat 562 warga mengungsi, dengan rincian 235 orang di Kota Denpasar dan 327 orang di Jembrana. Posko pengungsian aktif di antaranya berada di Banjar Tohpati dan Banjar Kesambi di Denpasar, serta Desa Pengambengan dan Yeh Kuning di Jembrana.
Status tanggap darurat telah diterapkan untuk mempercepat penanganan dan distribusi bantuan. Pemerintah daerah mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi banjir susulan dan mengikuti arahan dari petugas di lapangan.
Bantuan logistik dan medis mulai disalurkan ke titik-titik terdampak, sementara tim evakuasi masih berjibaku di lokasi-lokasi yang sulit dijangkau. (fah)