
SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur merespons surat instruksi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Kiai Asep mengaku heran surat PBNU itu tidak samil, jami’, mani’. Bahkan Kiai Asep menilai surat PBNU kering referensi.
“Saya membaca suratnya terheran-heran. Kenapa PBNU suratnya kayak gitu, kok tidak seperti PBNU-PBNU sebelumnya,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, dalam Podcast BANGSAONLINE yang kini viral, terutama di kalangan kiai dan warga NU.
“Padahal, seharusnya surat PBNU itu, prinsip mereka yang saya dengar, samil, memuat apa yang diinginkan, jamik, menyeluruh, tapi ada manik, menutup dari berbagai pertanyaan dan kelemahan. Nah, di sana (surat PBNU-Red) ada banyak kelemahan,” tambah Kiai Asep yang tak lain putra KH Abdul Chalim, salah seorang ulama pendiri NU yang pada 2023 lalu dianugerahi gelar pahlawan.
“Yang saya heran itu, kok kering referensi mereka (PBNU). Mereka menyampingkan ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ,” kata Kiai Asep mengutip surat Fussilat ayat 34. Yang artinya, “Tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia."
Seperti diberitakan, PBNU mengeluarkan surat instruksi soal pertentangan nasab yang melanda warga NU. Surat instruksi PBNU itu ditujukan kepada semua Ketua PWNU, Ketua PCNU, Ketua PCI NU di luar negeri, dan pimpinan pusat Badan Otonom (Banom), seluruh Indonesia.
Ada 5 poin surat instruksi PBNU itu. Salah satu poin penting – poin ke-2 - dari surat instruksi itu menekankan hendaknya perbedaan pendapat yang terjadi dapat disikapi dengan bijaksana, penuh kearifan, dan menghindarkan sikap permusuhan, serta tetap mengedepankan adab dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya.
Pada poin 3 surat instruksi PBNU itu menyatakan bahwa setiap fungsionaris pengurus dan kader Nahdlatul Ulama berkewajiban menjaga dan menegakkan hak dan martabat segenap warga tanpa kecuali. Nahdlatul Ulama tidak dapat mentolerir sikap, perilaku dan ucapan siapa pun yang menyimpang dari nilai-nilai syariat, adab, serta persatuan dan kesatuan bangsa, lebih-lebih menyahagunakan kemuliaan Rasulullah SAW.
Yang menarik poin 4. Poin ini menyebut langsung organisasi Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS).
Poin 4 surat instruksi PBNU itu menyebutkan bahwa setiap fungsionaris pengurus dan kader Nahdlatul Ulama berkewajiban mencegah perpecahan (tafarruq) dan mendamaikan pertentangan (ishlah dzatil bain) serta melepaskan diri dari keterlibatan dalam pertentangan mengenai nasab, dari keikutsertaan dalam silang-pendapat yang meninggalkan adab maupun dari keikutsertaan dalam perkumpulan dan/atau organisasi yang sengaja dibentuk untuk menjalankan permusuhan terkait masalah nasab, seperti Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) maupun organisasi yang berseberangan dengan PWI-LS.
Organisasi PWI-LS dipimpin Muhammad Abbas Billy Yachsi. Menurut Kiai Asep, PBNU tidak mengerti siapa itu Abbas. Tidak mengerti siapa Imaduddin.
“Siapa Abbas itu? Siapa Imad itu?,” kata Kiai Asep yang dikenal sebagai ulama miliarder tapi dermawan.
Tapi benarkah Abbas dan Imaduddin itu minal muhibbin?
Nah, untuk mengetahui siapa Abbas dan Imaduddin serta bagaimana sikap Kiai Asep terhadap Habaib yang melarang syarifah nikah dengan orang pribumi atau orang Jawa, silakan tonton Podacast BANGSAONLINE yang yang pandu M. Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA, yang sekarang lagi viral di channel YouTube.
Jangan lupa subcrib, like dan komen ya? Alhamdulillah, sampai berita ini ditulis, Selasa (10/6/2025) pukul 10 siang, sudah ada 2,072 komentar, 1,6 ribu like dan 72,322 ribu penonton. Selamat menonton, semoga bermanfaat dan mencerahkan.