Dalam hal ini, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu memastikan akan terus menggerakan lahan BTKD secara maksimal. Selain untuk mendukung program ketahanan pangan, dan juga menambah pendapatan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
"Jadi ada cabe, buah-buahan, hidroponik, dan lainnya. Insyaallah kita koneksikan dengan hotel-hotel, tapi kami belum bisa memenuhi semuanya karena terbatasnya lahan. Maka kami berkoordinasi dengan daerah lain untuk menunjang (hasil sayur dan buah) dari tempat kami," ungkap Wali Kota Surabaya.
Sebab, pemkot juga lebih mengoptimalkan lahan pekarangan yang ada di wilayahnya. Seperti, Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) atau Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang tersebar di 12 titik lokasi. Lalu, pemanfaatan pekarangan atau atap rumah untuk tanaman hidroponik, hingga pembentukan Kampung Sayur, Kampung Herbal dan Kampung Semanggi.
Menariknya dari hasil pemanfaat kedua lahan ini, pemkot didistribusikan untuk menambah pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga stunting. DKPP juga mencatat, sebanyak 2.741 anak penerima bantuan sayur dari hasil pemanfaatan KRPL. Sedangkan, penerima daging ayam/telur, tercatat 1.374 anak.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti mengatakan, penghargaan itu diberikan pemprov karena Wali Kota Surabaya, dinilai memiliki kepedulian di bidang ketahanan pangan.
"Program yang kita angkat adalah Ladang Pangan. Dimana kita sebagai kota besar masih memiliki lahan-lahan yang bisa kita manfaatkan untuk mendukung ketahanan pangan di Kota Surabaya," tuturnya.
Antiek mengatakan, Program Ladang Pangan itu, diantaranya dalam bentuk pendirian Kampung Sayur, Kampung Herbal dan Kampung Semanggi.
"Kita juga memanfaatkan aset-aset Pemkot Surabaya untuk kegiatan urban farming untuk program pemberdayaan MBR. Program urban farming ini tak hanya pertanian, tapi juga ada perikanan, peternakan dan pangan," ucapnya.
Tak hanya itu, dirinya juga menyebutkan, kolaborasi yang dilakukan pemkot dengan daerah lain, juga menjadi salah satu indikator Kota Pahlawan ini meraih penghargaan. Termasuk, dalam inovasi mendukung program pengentasan kemiskinan dan gizi buruk.
"Kita juga memanfaatkan neraca bahan pangan dan hasil pengawasan kita untuk menentukan pola tanam. Juga, menerapkan pola-pola diversifikasi pangan sehingga kita tidak tergantung satu jenis komoditas pangan," pungkasnya. (ari/rif)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News