Pengusaha Rendah Hati, Nyumbang Rp 2 Triliun ke Kapolda Sumsel, untuk Apa?

Pengusaha Rendah Hati, Nyumbang Rp 2 Triliun ke Kapolda Sumsel, untuk Apa? Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.comAkidi Tio, etnis Tionghoa itu sangat rendah hati. Tak dikenal orang tapi banyak menyumbang. Ia bahkan menyumbang Rp 2 triliun ke . Untuk penanggulangan .

Tentu yang melaksanakan sumbangan itu keluarganya. Anak-anaknya. Karena Tio meninggal tahun 2009 lalu. Saat itu Tio berusia 89 tahun. Berarti 101 tahun hari ini.

Siapa Akidi Tio? Silakan simak tulisan Dahlan Iskan, wartawan kondang itu di Disway, HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com hari ini, Rabu 28 Juli 2021. Selamat membaca:

BUKAN main. Hanya itu yang bisa saya tulis. Kok ada orang menyumbang uang Rp 2 triliun. Orangnya tidak pernah dikenal. Sudah lama pula meninggal dunia.

Saya harus menghubungi Prof Dr dr Hardi Darmawan. Saya tidak punya nomor telepon beliau. Tapi saya kenal dengan kakak beliau. Yang sejak sebelum pandemi tinggal di Singapura.

Saya hubungi sang kakak. Saya pun mendapat nomor telepon Prof Hardi. Saya kirim WA ke beliau. Lalu Prof Hardi yang menelepon saya kemarin sore. Awalnya beliau saya ajak bicara dalam bahasa Mandarin. Tapi Prof Hardi mengatakan tidak bisa berbahasa ibunya itu. Maka kami pun menggunakan bahasa Indonesia.

"Sumbangan itu betul ya, Prof? Kok fantastis sekali," kata saya.

"Betul. Saya kenal baik keluarga itu," jawab beliau.

Prof Hardi lantas bercerita. Tiga hari lalu beliau dihubungi putri itu. "Saya diminta ikut menyaksikan," ujar Prof Hardi.

Prof Dr dr Hardi Darmawan adalah guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Juga aktivis di gereja Katolik Palembang. Termasuk menjadi pendiri lembaga pendidikan Katolik Caritas. Bahkan pernah mendapat penghargaan dari Sri Paus.

"Resminya bantuan itu nanti untuk kapolda, gubernur, atau Pemprov Sumsel?" tanya saya.

"Ke Pak Eko Indra Heri," ujar Prof Hardi.

(Foto: Disway)

"Siapa yang menentukan bahwa bantuan itu untuk kapolda Sumsel? Apakah atas arahan Prof Hardi?" tanya saya lagi.

"Bukan arahan saya. Itu langsung keinginan keluarga. Untuk diberikan ke kapolda," jawab Prof Hardi.

"Bantuan itu nanti bentuknya uang kontan, cek, atau transfer? Atau berbentuk bantuan bahan makanan?"

“Bentuknya uang. Akan ditransfer besok," jawab Prof Hardi kemarin sore. Berarti hari ini.

"Apakah boleh ditransfer ke rekening Polda? Juga apakah boleh dikirim ke rekening pribadi kapolda?" tanya saya sambil mengingatkan aturan yang ada.

“Masih diatur. Mungkin disiapkan rekening khusus."

Ya sudah.

Lihat juga video 'Detik-Detik Warga Desa Lokki Maluku Nekat Rebut Peti Jenazah Covid-19':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO