SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Perajin telur asin di Kampung Bebek, Desa Kebonsari, Kecamatan Candi, mengeluh belum mampu menembus pasar ekspor. Salah satu kendalanya, belum bisa memenuhi standar kemasan (packaging).
Hal itu disampaikan perajin telur asin saat dikunjungi Bakal Calon Bupati (Bacabup) Sidoarjo 2020, Bambang Haryo Soekartono (BHS), Senin (20/7).
BACA JUGA:
- Geger! Sales Kopi Tanpa Merek Asal Surabaya Tewas Mendadak di Depan Rumah Warga Sidoarjo
- Kasus Penusukan Ayah Tiri ke Anaknya di Sidoarjo, Berawal dari Bercanda
- Odong-odong yang Tercebur ke Sungai, Polresta Sidoarjo Tetapkan Sopir Jadi Tersangka
- Siswa SD Asal Sidoarjo Harumkan Nama Indonesia dalam Ajang World Choir Games di Korea Selatan
Salah satu perajin telur asin, Nur Hidayat mengatakan, sejak tahun 2012 dia sudah berkeinginan menembus pasar ekspor. Sebab, telur asin asal Kebonsari tergolong produk premium karena asupan gizinya lumayan banyak.
Namun keinginan itu belum terwujud. Hidayat mengaku terkendala standar kemasan yang ditetapkan untuk pasar ekspor. Kata Hidayat, saat itu pernah ada calon pembeli dari Jepang. Perajin telur asin juga tidak memahami tata cara ekspor.
Karena itu, dia berharap pertemuan dengan BHS, nantinya pemerintah daerah bisa memberikan pendampingan pengepakan yang memenuhi standar ekspor. "Kami berharap nantinya ada bimbingan dari pemerintah daerah untuk pemasaran ekspor tersebut," cetus ketua Kelompok Peternak Bebek, Sumber Pangan ini.
Nur Hidayat bercerita, kini peternak bebek dan perajin telur asin di Desa Kebonsari berjumlah 22 orang. Jumlah itu menurun jika dibandingkan tahun 2010 lalu, yang jumlahnya 47 orang. Penyebabnya, selain lahan untuk ternak bebek mulai berkurang, juga karena persaingan harga.