Tafsir Al-Isra 7: Banser Menjaga Gereja, Pemiliknya Tidur Nyenyak

Tafsir Al-Isra 7: Banser Menjaga Gereja, Pemiliknya Tidur Nyenyak Ilustrasi: Banser saat apel. foto: Tribunnews

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .   

In ahsantum ahsantum li-anfusikum wa-in asa'tum falahaa fa-idzaa jaa-a wa’du al-aakhirati liyasuu-uu wujuuhakum waliyadkhuluu almasjida kamaa dakhaluuhu awwala marratin waliyutabbiruu maa ‘alaw tatbiiraan (7).

" ... waliyadkhuluu almasjida kamaa dakhaluuhu awwala marratin waliyutabbiruu maa ‘alaw tatbiiraan". Mereka berlaku congkak, merusak masjid separah-parahnya. Tidak ada nabi utusan Allah SWT yang tidak mereka jahati, meskipun bobot dan gaya penjahatannya berbeda.

Semua pejuang agama islam akan mengalami hal yang serupa, meski tidak sama. Zaman para wali juga demikian, tidak sedikit para wali yang berhadapan dengan ancaman kematian saat berdakwah. Sekelas kiai, ustad, dan penceramah juga demikian. Tidak sedikit, utamanya zaman PKI dulu, kiai dibantai dan santri dihabisi. Jika hari-hari ini marak berita soal tokoh agama islam atau kiai yang diancam nyawanya oleh orang "gila", maka bukan hal baru.

Beda dengan Islam, kitab sucinya menekannya hidup berdampingan antar sesama manusia tanpa diskriminasi: agama, ras, maupun gender. Asal semua tetap dalam keharmonisan, maka semua wajib menjunjung tinggi kenyamanan hidup. Kecuali jika keamanan jiwa terancam, maka Islam mengizinkan umatnya menghunus pedang.

Tidak sekadar itu, tempat ibadah pemeluk agama lain, seperti gereja, kuil, mandala, pura tidak boleh dirusak. Itu semua hanyalah benda-benda mati-milik Allah SWT - yang tidak berdosa. Dalam situasi perang pun tidak boleh dirusak, kecuali dijadikan benteng perlindungan para musuh Allah atau dijadikan markas penyerangan.

Sumber: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO