Longsor dan Banjir Pacitan, Jenis Tanahnya Litosol dengan Solum Dangkal

Longsor dan Banjir Pacitan, Jenis Tanahnya Litosol dengan Solum Dangkal Kondisi tanah retak di Desa Tumpuk, Kecamatan Bandar. (ist)

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Musibah banjir dan tanah longsor yang sempat meluluh-lantakan ribuan permukiman warga pada Selasa (28/11) lalu bukan serta merta disebabkan kurang rapatnya tanaman kayu-kayuan di kawasan hutan hak maupun hutan milik Perum Perhutani di wilayah Kabupaten Pacitan. Hal tersebut sebagaimana ditegaskan Wardoyo, Kepala UPT Pengelolaan Hutan Wilayah 1 Dinas Kehutanan Provinsi Jatim Wilayah Pacitan, Jumat (15/12).

Sebagaimana rilis yang pernah disampaikan BMKG, BPBD, maupun BBWS, bahwa pada tanggal 27-28 November lalu curah hujan yang mengguyur Pacitan sangat deras. Bahkan butiran air hujan mencapai 383 mili meter (mm), serta berlangsung selama lebih dari 12 jam.

"Interval waktu guyuran hujan tersebut ‎sama halnya hujan selama setahun. Baik pada bulan basah maupun kering. Namun fenomena alam di penghujung November lalu, curah hujan selama setahun hanya berlangsung selama dua hari. Itulah yang menjadi faktor penyebab utama terjadinya banjir bandang yang disertai tanah longsor dibanyak lokasi," jelas dia.

Wardoyo kurang sependapat, seandainya bencana alam tersebut lebih dipengaruhi adanya kerusakan hutan di Pacitan. Secara topografi, kata dia, wilayah Pacitan mayoritas bergunung‎ dan berbukit. Selain itu karakter tanah tergolong tanah litosol berdebu (lempung), di mana solum (kedalaman) sangatlah dangkal.

"Sehingga ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, tanah tidak mampu menyerap air secara maksimal. Sebab di bawah solum ada bebatuan. Tentu tanah akan melorot terkikis air dan mengakibatkan bencana tanah longsor," urai dia lagi.

‎Alasan lainnya, menurut Wardoyo, masyarakat di pedesaan juga masif melakukan pengolahan lahan sekalipun berada pada kemiringan 25 derajat lebih. Hal inilah yang juga berpengaruh terhadap partikel-partikel tanah yang mudah melorot ke bawah saat tersiram air dengan intensitas tinggi.

"Kita tidak menafikkan, memang juga ada lahan-lahan terbuka yang kayunya dilakukan penebangan. Akan tetapi kondisi alam lebih dominan sebagai penyebabnya," sebut dia.

Selama ini hampir di 12 kecamatan yang ada di Pacitan, potensi kayu dengan kerapatannya diakui lebih baik dari 38 kabupaten/kota yang ada di Jatim. Hal tersebut juga diakui Pemprov Jatim yang belum lama ini melakukan survei lapangan. ‎Termasuk adanya pemberitaan di dunia maya soal kayu sengon yang dinilai tidak layak ditanam di Pacitan, Wardoyo juga sangat tidak sependapat.

"Tanaman sengon merupakan tanaman berbiji belah atau monokotil dengan perakaran tunggang. Kondisi ini tentu akan menancap lebih kuat dibandingkan tanaman berakar serabut," pungkasnya. (pct1/yun/ns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO