Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - Walaqad na’lamu annahum yaquuluuna innamaa yu’allimuhu basyarun lisaanu alladzii yulhiduuna ilayhi a’jamiyyun wahaadzaa lisaanun ‘arabiyyun mubiinun.
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Al-Qur'an turun dengan menggunakan bahasa arab wahyu, bukan bahasa arab budaya. Arab wahyu itu bahasa Tuhan, sedangkan arab budaya itu bahasa manusia. Sama-sama bahasa arab, sama-sama dimengerti oleh orang arab, tapi mereka bisa merasakan perbedaannya. Sekelas masyarakat awam mengerti itu dan bisa membedakan, itulah yang disebut "Dzauq", apalagi kelas sastrawan dan pujangga.
Bahasa arab wahyu ini nyata adanya, nyata kualitasnya dan nyata kedahsyatannya sehingga berjuluk mukjizat. Artinya, tidak akan ada makhluq, baik dari kalangan jin, manusia, malaikat maupun iblis bisa menandingi. Ya, karena bahasa al-Qura'an kelasnya sudah level Tuhan Allah SWT, sedangkan bahasa arab buatan manusia dan sebangsanya hanya kelas makhluk yang tentu tidak level.
Dengan dipilihnya bahasa arab (wahyu), tentu saja bahasa non-arab tidak lagi masuk dan tidak ada kaitan apa-apa. Karena itu, tuduhan orang kafir bahwa nabi Muhamamd SAW belajar dari budak nasrani yang non-arab adalah tuduhan mengada-ada, gak ono dalane, no way.
Deklarasi Tuhan soal bahasa arab wahyu ini tidak main-main. Hal itu sekaligus tantangan bagi siapa saja yang tidak mempercayai Al-Qur'an sebagai wahyu Tuhan. Bukan berarti merendahkan agama atau kitab suci lain, tapi nyatanya hanya Al-Qur'an yang berani terbuka dan menantang, agar membuat Al-Qur'an tandingan. So, adakah kitab suci mereka ada yang berani menantang seperti ini.