Longsor Besar Mengancam Pacitan

Longsor Besar Mengancam Pacitan Pemandangan tanah longsor di Nawangan.

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Bencana tanah longsor dengan skala besar, sewaktu-waktu masih mengancam beberapa daerah di Kabupaten Pacitan. Setelah sedikitnya 27 rumah di Desa Sempu, Kecamatan Nawangan dinyatakan rusak karena tertimpa longsor, kini ancaman tanah longsor yang lebih besar masih mengintai di desa tersebut.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, sedikitnya sebanyak 345 rumah di Dusun Tanggung, dan Dusun Njajar, Desa Sempu, terancam tertimbun tanah longsor. Rapuhnya konstruksi tanah dan tingginya curah hujan, menjadi pemicu utama bencana tersebut.‎

"Dua puluh tujuh rumah yang rusak kemarin itu belum seberapa, karena jika dilihat, masih banyak rumah yang berada di bawah tebing, sangat rentan. Jika mereka tidak sadar ancaman yang ada. Korban akan muncul lebih banyak," kata Ratna Budiono, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana, BPBD Pacitan, Jumat (25/11).

Sementara itu, sosialisasi dan pendampingan terkait pengetahuan kebencanaan belum pernah dilakukan di daerah tersebut. "Selama ini belum ada sosialisasi terkait bencana. Selain itu, baru ini kali ada longsor besar disni," timpal Sutrisno, Kepala Dusun Tanggung, pada wartawan .

Dilihat dari letak geografis dan kondisi tanah, Kecamatan Nawangan adalah daerah dengan resiko besar bencana tanah longsor, karena kemiringan tebing rata-rata di atas 25 derajat. Belum lagi jika dipicu adanya gempa bumi yang saat ini sering terjadi .

Di tempat berbeda, tim relawan GG, saat ditemui wartawan membenarkan kondis kerawanan daerah Nawangan. "‎Masyarakat harus didampingi dan di edukasi agar mereka paham ancaman bencana di sekitarnya. Dengan mereka tahu, mereka bisa menyelamatkan diri," jelas Dwi Prasetyo Nugroho, anggota Relawan.

Melihat potensi ancaman yang lebih besar di desa Sempu, pemerintah daerah sendiri kurang tanggap. Karena hingga saat ini, belum ada posko siaga becana yang mendampingi masyarakat setempat. Meskipun bantuan dari beberapa lembaga telah masuk di desa Sempu, namun jika tidak ada posko siaga, justru akan memunculkan konflik sosial. 

"Kondisi bencana, semua orang akan merasa jadi korban, jika bantuan-bantuan itu tidak ada yang ngatur, dalam hal ini pendirian posko. Mereka malah akan berebut. Belum lagi jika hujan deras turun, siapa yang akan mengkondisikan mereka. Semetara pengetahuan masyarakat sangat minim," sahut Samsulhadi, Relawan Rescue RAPI, secara terpisah. (pct1/yun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO