Pasien Gagal Ginjal di Gresik Temukan Dukungan Komunitas dan JKN

Pasien Gagal Ginjal di Gresik Temukan Dukungan Komunitas dan JKN Aang Khunaifi (41), peserta JKN asal Kecamatan Manyar, Gresik.

GRESIK, BANGSAONLINE.com - Menjalani terapi hemodialisa bukanlah perjalanan mudah bagi pasien penyakit ginjal kronis. Rutinitas cuci darah seumur hidup sering kali menimbulkan tekanan fisik dan mental. 

Hal tersebut dirasakan oleh Aang Khunaifi (41), peserta JKN asal Kecamatan Manyar, Gresik, yang bergantung pada terapi dialisis untuk menjaga kesehatannya. Di tengah keterbatasan, ia menemukan kekuatan baru melalui dukungan komunitas sesama pasien.

Hemodialisa atau cuci darah adalah terapi medis untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak dengan mesin dialyzer. Prosedur ini membantu membuang racun metabolik, mengeluarkan cairan berlebih, serta menyeimbangkan elektrolit tubuh. 

Bagi pasien gagal ginjal kronis, terapi ini menjadi penopang hidup utama. Menurut Aang, komunitas pasien menjadi sumber semangat yang membuatnya tetap tegar.

“Para anggota komunitas saling berbagi pengalaman, memberi semangat, dan saling mengingatkan untuk menjaga pola makan serta menjalani hidup sehat. Di sini rasanya saya punya keluarga baru. Kalau sedang lelah, teman-teman komunitas selalu saling menguatkan,” ujarnya, Kamis (11/12/2025).

Baginya, dukungan emosional sangat berpengaruh dalam menjalani hari-hari penuh batasan.

“Kadang tubuh capek, pikiran capek. Tapi kalau sudah ngobrol dengan teman-teman, rasanya lebih semangat lagi,” katanya.

Komunitas pasien hemodialisa di RS Semen Gresik rutin mengadakan pertemuan untuk saling memberi motivasi dan mengingatkan pentingnya kedisiplinan terapi. Kegiatan ini membuat pasien merasa lebih kuat dan tidak sendirian menghadapi penyakit kronis.

Di sisi lain, Program JKN menjadi pilar utama yang memungkinkan pasien seperti Aang menjalani terapi rutin tanpa terbebani biaya.

“JKN sangat membantu. Saya bisa fokus berobat tanpa harus memikirkan biaya yang besar,” kata Aang.

Ia menambahkan, sistem layanan JKN kini lebih efisien berkat digitalisasi melalui aplikasi.

“Dari mulai pendaftaran hingga kontrol terapi sudah jadi satu, semua ada di aplikasi. Kalau dulu harus berangkat subuh buat ambil antrean, sekarang sudah online semua lewat Aplikasi Mobile JKN,” imbuhnya.

Aang berharap keberlangsungan Program JKN terus diperkuat karena manfaatnya nyata bagi jutaan pasien kronis di Indonesia.

“Dengan adanya JKN dan komunitas ini, saya merasa lebih kuat. Selain itu juga lebih semangat menjalani banyaknya perubahan gaya hidup, mulai dari yang sebelumnya dianjurkan minum banyak air sekarang harus dibatasi, hingga pembatasan konsumsi buah dan sayur yang dulu malah disarankan. Komunitas dan JKN adalah alasan saya tetap bertahan sampai saat ini,” paparnya. (red)