Lewat Keterampilan Tangan, Warga Sanggrahan Nganjuk ini Bisa 'Sulap' Sampah jadi Uang

Lewat Keterampilan Tangan, Warga Sanggrahan Nganjuk ini Bisa Trisno dengan hasil kerajinan tangannya. foto: soewandito/BANGSAONLINE

NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Siapapun tidak akan mengira jika hiasan meja berupa bunga tersebut berbahan baku dari sampah plastik. Meski terbuat dari sampah yang dipungut dari tempat kotor, namun di tangan trampil Trisno, sampah plastik tersebut bisa disulap menjadi barang yang bernilai seni tinggi dan bisa menghasilkan uang.

Trisno (43) merupakan warga RT 01/RW 02 Desa Sanggrahan Kecamatan Gondang. Dengan berbekal gunting, lem tembak, setrika, dan plastik yang dipungut dari tempat sampah, dia bisa menyulap plastik-plastik tersebut menjadi sebuah hiasan yang menarik. "Saya tidak pernah kursus, ini semua muncul dari inspirasi saya sendiri," ujarnya, Senin (2/11).

Menurut suami Tati'ah (35) ini, proses pembuatannya pun relatif mudah. Mula-mula, dia harus keluyuran ke tempat-tempat sampah untuk mencari plastik bekas. Setelah terkumpul, plastik-plastik itu dibuang bagian atas dan bawah lalu ditumpuk. "Kemudian, di atas tumpukan plastik itu kita beri kertas minyak lalu disetrika," jlentrehnya.

Dalam proses penyetrikaan ini, lanjut Trisno, harus berulang-ulang sampai muncul motifnya. Setelah muncul guratan-guratan menyerupai bunga dan daun, barulah plastik bekas yang sudah menjadi lempengan ini digunting sesuai bentuk bunga dan daun. "Potongan bentuk daun dan bunga ini lalu kita rangkai sesuai pesanan," kata Trisno.

Dalam sehari, bapak satu anak ini bisa merangkai 3 tangkai bunga hias berikut media atau vasnya. Harganya pun berbeda dan dinilai dari tingkat kesulitannya. Untuk bunga hias ukuran kecil, dia patok harga Rp 15 ribu hingga Rp 30 ribu. Sedangkan untuk ukuran sedang dan besar, dipatok harga antara Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.

Bunga hias ini dipasarkan lewat beberapa pameran dan dari mulut ke mulut. Bahkan, terkadang melayani pesannan dari luar kota seperti Surabaya, Malang dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. "Saya pernah juga mendapat pesanan dari orang Jakarta, katanya bunga hias ini akan dibawa ke Jepang," ucap Trisno. 

Bahan baku adalah salah satu hal yang paling sulit di dapat kata Trisno, karena saat ini sampah plastik yang sudah jarang dijumpainya di tempat sampah. Untuk itu, dia harus membeli plastik baru, hingga membengkakkan modal. "Harapan saya, semoga pemerintah bisa membantu permodalannya," pintanya. (dit/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Komunitas Disabilitas Kota Pasuruan Raup Cuan dari Lampu Hias':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO