
Menurut Ismirani, sampai dengan posisi Juni 2025, penyaluran kredit perbankan di wilayah OJK Kediri tumbuh 0,86 persen (YoY) menjadi sebesar Rp86,16 triliun yang didominasi oleh penyaluran kredit pada UMKM sebanyak 63,01 persen dari total kredit.
"Pertumbuhan kredit melambat dibanding periode sebelumnya, dipengaruhi penurunan kredit pada sektor Industri Pengolahan sebesar negatif 37,12% (YoY),"terangnya.
Dijelaskan Ismirani, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 2,97 persen (YoY) menjadi sebesar Rp105,49 triliun. Berdasarkan jenisnya, porsi DPK didominasi oleh tabungan dan deposito masing-masing sebesar 64,30 persen dan 26,19 persen.
Industri BPR/BPRS mengalami perlambatan dengan penyaluran kredit turun sebesar 14,56 persen (YoY) menjadi sebesar Rp3,26 triliun, sedangkan Dana Pihak Ketiga turun sebesar 14,40 persen (YoY) menjadi sebesar Rp3,07 triliun.
Penurunan ini, lanjut Ismirani , dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah entitas BPR/BPRS dari 69 pada Juni 2024 menjadi 66 pada Juni 2025 akibat relokasi Kantor Pusat keluar wilayah kerja OJK Kediri, dan self liquidation.
Meski demikian, permodalan BPR/BPRS tetap solid dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 52,49 persen, tingkat ketersediaan likuiditas memadai dengan cash ratio sebesar 19,55 persen dan rasio LDR/FDR sebesar 101,82 persen.
Masih menurut Ismirani, Inklusi Pasar Modal di wilayah kerja OJK Kediri terus menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini tercermin dari peningkatan jumlah Single Investor Identification (SID) yang mencapai 17,98 persen (YoY) menjadi 446.700 SID.