Pemkab Bojonegoro Minta Pembangunan Pabrik Pupuk Kujang Dipercepat

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Bojonegoro, Soehadi Moeljono, mengatakan jika pihaknya terus mendorong pembangunan pabrik Pupuk Kujang di wilayahnya segera terealiasi. Sebab keberadaan pabrik itu dipastikan akan menyerap ribuan tenaga kerja, dan peluang usaha ikutan bagi masyarakat lokal.

Soehadi mengungkapkan, pembangunan pabrik Pupuk Kujang oleh pemerintah itu direncanakan membebaskan lahan seluas 300 hektar. Dari luas lahan tersebut, sebagian besar adalah lahan milik Perhutani yang berada di kawasan barat Bojonegoro.

“Pemakaian lahan hutan ini telah mendapat ijin dari Perhutani. Bahkan, sebagian lahan pengganti untuk pemakaian lahan hutan itu telah diperoleh. Lokasinya berada di wilayah Kasiman dengan luas sementara 48 hektar,” katanya, Selasa (18/8).

Pemkab Bojonegoro, lanjut dia, sudah meminta kepada Presiden Jokowi dan Menteri Badan Usaha Milik Negera (BUMN), Rini Soemarno, untuk mempercepat pembangunan pabrik pupuk tersebut.

Hal ini untuk mengantisipasi meningkatnya pengangguran pasca berakhirnya proyek konstruksi Lapangan Banyuurip, Blok Cepu di Bojonegoro. “Secara lisan maupun surat sudah dilakukan Pak Bupati,” terangnya.

Menurut dia, kendala yang dihadapi untuk merealisasikan pembangunan pabrik tersebut adalah belum adanya kesepakatan harga gas antara Pupuk Kujang dengan operator unitisasi gas Lapangan Jambaran – Tiung Biru (J-TB), Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC). Sebab pengoperasian pabrik itu akan memanfaatkan sebagian produksi gas dari Lapangan JTB.

"Kabar terakhir pemerintah akan mensubsidi agar kesepakatan harga itu bisa segera tercapai,” ujar mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bojonegoro itu.

Dia berharap, dengan sudah disetujuinya revisi rencana pengembangan (plan of development /PoD) JTB, proyek segera dilaksanakan. Saat ini, kegiatan Lapangan J-TB masih tahap penyediaan lahan. Pada prinsipnya harga gas antara Pupuk Kujang dengan PEPC sudah ditetapkan 8 USD per MMBTU dengan eskalasi 2 tahun. (nur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO