Menguak Asal-usul Desa Kendal, Desa di Bojonegoro yang Kini Jadi Kampung Santri

Menguak Asal-usul Desa Kendal, Desa di Bojonegoro yang Kini Jadi Kampung Santri KAMPUNG SANTRI. Tampak sejumlah santri sedang berjalan di kampung santri Desa Kendal, Kecamatan Dander, Bojonegoro. Foto: Eky Nurhadi/BANGSAONLINE

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Anda akan merasakan suasana yang berbeda ketika menginjakkan kaki di kawasan Desa Kendal, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro. Sejumlah santri bersarung dan mengenakan peci banyak terlihat di tepi Jalan KH Raden M. Rosyid. Begitu juga perempuan berhijab, mulai anak-anak hingga remaja tampak lalu lalang di kampung itu.

Maklum, di desa yang berada di antara jalan raya jurusan Bojonegoro - Nganjuk itu terdapat tujuh pondok pesantren (ponpes). Sehingga, banyak sekali santri di kawasan itu, khususnya pada Bulan Suci Ramadan, santri dari luar daerah pun banyak yang menimba ilmu di kampung yang dijuluki kampung santri tersebut. Lokasi antara ponpes satu dengan lainnya pun sangat berdekatan. 

Desa tersebut diberi nama Kendal, karena jaman dahulu tempat itu pernah ada pohon sangat besar yang sering digunakan masyarakat sekitar sebagai tempat memuja. Pohon itu bernama Kendal. Dari situlah awal mula nama Desa Kendal.

Namun, agar tidak terus-menerus digunakan sebagai tempat syirik atau menyekutukaan Allah SWT. Akhirnya pada abad 19, pohon itu ditebang oleh KH Raden M. Rosyid (sesepuh desa). Meski awalnya sempat mendapat perlawanan dari masyarakat, namun penebangan tetap dilanjutkan oleh KH Rosyid.

"Dari situlah awal mula berdirinya nama Desa Kendal juga sekaligus awal mulanya penyebaran agama islam," terang salah satu Pemimpin Yayasan Ponpes Al Rosyid, KH Alamul Huda kemarin (28/6).

Gus Huda sapaan akrabnya mengatakan, selama memperjuangkan agama Islam, KH Raden M Rosyid tidak pernah mendirikan ponpes. Baru setelah beliau wafat, kerutunannya (anak-anaknya) mendirikan ponpes untuk mengikuti perekembangan zaman. Tepatnya pada 1950-an, KH Abu Darrin mendirikan sebuah ponpes yang dinamakan sesuai namannya. Lokasinya berada di Desa Sumbertlaseh, Kecamatan Dander.

Sementara pada 1958-an, keturunan lainnya juga mendirikan ponpes baru. Yakni ponpes Al-Rosyid. Nama tersebut diambil dari nama KH Raden M Rosyid. Tujuannya agar penyebar islam di kawasan kendal tidak hilang. Lokasinya berada di Desa Ngupakdalem, Kecamatan Dander, atau beseberangan dengan ponpes Abu Darrin.

Seiring berkembangannya waktu, Ponpes baru terus bermunculan di kawasan Kendal. Saat ini ada tujuh ponspes yang memiliki ribuan santri. Selain dua ponpes itu, ada ponpes Abu Darrin Al-Ridwan, Abu Darrin Al-Ma’ruf, Abu Darrin Al-Kuzzy, Abu Darrin Al-Asmanah dan Abu Darrin Al-Kharis. Seluruh ponpes itu semuanya masih keturunan KH Abu Darrin.

"Bermunculan ponpes itu karena ijtihad (anak-anak KH Abu Darrin). Tujuannya hanya menyebarkan agama islam," imbuh KH Alamul Huda.

Kelima ponpes itu lokasinya juga sangat berdekatan. Hanya terpisahkan pagar. Lokasinya berada disamping ponpes Abu Darrin. 

Meski terdapat banyak pondok. Seluruh santri tetap hidup harmonis dan damai. Hal itu tidak lepas dari silaturrahmi yang dibangun antar pengurus dan Kiai ponpes. Totalnya ada 31 kyai. Setiap seminggu sekali, mereka selalu mengadakan pertemuan.

"Dalam pertemuan itu, kita bisa bebas berbicara apa pun. Itu yang membuat antara Kiai dan Gus sangat akrab. Juga seluruh santri," ujarnya.

Karena terdapat sejumlah ponpes itu lah, Gus Huda -sapaan akrab KH Alamul Huda- ingin menjadikan kendal menjadi kampung santri. Bahkan, rencananya akan dibangun gerbang dari arah selatan maupun utara yang menunjukan kawasan kampung ponpes. "Saat ini masih dibahas. Insyaallah dalam waktu dekat bisa segera terwujud," harapnya.

Sementara itu, salah satu pengurus Ponpes Al Rosyid, Suudin Aziz mengatakan secara umum tidak ada perbedaan dari tujuh ponpes tersebut. Selain mempelajari dan memperdalam ilmu agama islam, seluruh santri juga boleh menempuh pendidikan formal. Mulai PAUD, RS, MI, MTs, dan MA.

Bagi santri yang tinggal di Ponpes Al Rosyid. Berarti harus selalu menempuh pendidikan formal di tempat tersebut. Sementara bagi santri yang tinggal di enam ponpes lainya, maka menempuh pendidikan formal di Ponpes Abu Darrin. "Setelah itu, mereka kembali ke ponpesnya masing-masing," katanya.

Khusus ponpes Abu Darrin Al Kuzy, tidak mewajibkan santrinya menempuh pendidikan formal. Tapi kebanyakan santrinya hanya belajar pendidikan agama islam. "Santrinya hanya pria. Tapi kalau ada yang ingin menpuh pendidikan formal tetap dibolehkan," imbuhnya. (nur/rvl)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO