Acara Walimatussafar untuk umrah yang diselenggarakan prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA di kediaman Ning Imah, salah seorang putri Kiai Asep di kawasan PP Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Kamis (25/12/2025) malam. Tampak Prof Dr Ahmad Mamduh (mengenakan jubah warna hitam) dan Kiai Asep Saifuddin Chalim (pegang mik). Foto: bangsaonline
SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Para guru besar Universitas Al Azhar Mesir terus berdatangan ke Pondok Pesantren Amanatul Ummah. Kali ini Prof Dr Ahmad Mamduh, Sekretaris Jenderal Darul Ifta Mesir. Darul Ifta adalah lembaga fatwa dan penelitian hukum Islam terkemuka di Mesir. Lembaga ini bertugas memberikan panduan agama kepada umat Islam Sunni melalui fatwa berbasis Al-Qur'an dan Sunnah untuk isu kontemporer.
Syaikh Mamduh juga menjabat sebagai Direktur Badan Riset di Darul Ifta dan juga penasehat Mufti Agung Mesir.
“Syaikh Mamduh baru sore tadi sampai. Syaikh Mamduh dari Australia langsung ke sini,” ujar Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto di Siwalankerto Utara Surabaya Kamis (25/12/2025) malam.
Menurut Kiai Asep, para syaikh dari Mesir selalu bilang,”Kalau ke Indonesia saya harus bertemu Kiai Asep.”. Karena itu Syaikh Mamduh datang ke Amanatul Ummah.
Kebetulan Kiai Asep menggelar acara walimatussafar untuk umrah. Kiai Asep mengundang ratusan kiai dan tokoh serta nyai ke kediaman Ning Imah (istri Gus Mauhib), salah seorang putrinya, di kawasan Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Kamis (25/12/2025) malam.
Hadir dalam acara itu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Syaikh Ahmad Mabruk asal Mesir, Guru Besar UIN Sunan Ampel Prof Dr KH Imam Ghazali Said, MA, Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel Prof Masdar Hilmy, PhD, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Timur Dr. Muhammad Sujak, dan Ketua Tim Pemenangan Khofifh-Emil Boedi Prijo Soeprajitno .
Juga Ketua TP2GP Prof Dr Usep Abdul Matin, Ketua Yayasan Unitomo Dr Achmad Rubie, Pengasuh PP Al Anwar Modung Bangkalan Dr KH Muclis Muhsin, Sekjen PP Pergunu Dr Aris Adi Laksono, Ketua PW Pergunu Jawa Barat Dr Saepulloh, Sekjen JKSN Muhamamd Ghofirin, Wakil Ketua PAN Jatim Muhammad Fachruddin dan kiai dan tokoh lainnya.
Kiai Asep minta Syaikh Mamduh ceramah di depan ratusan kiai tersebut. Syaikh Mamduh membahas tentang pentingnya memanfaatkan waktu secara baik dan efisien. Menurut dia, waktu itu sangat penting dan hebat. Sedemikian penting dan hebatnya waktu sampai Allah SWT bersumpah atas nama waktu, yaitu wal-‘ashri.
“Waktu itu hebat. Seandainya waktu itu tidak hebat, Allah tidak akan bersumpah menggunakan waktu,” kata Syaikh Mamduh dalam tausyiahnya yang diterjemahkan oleh Prof Dr KH Imam Ghazali Said, MA, guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya.
“Orang yang tidak memanfaatkan waktu akan mengalami kerugian,” tambah Syaikh Mamduh.
Ia mengungkap sebuah kisah. Menurut dia, ada rombongan naik perahu pergi ke suatu pulau yang dikuasi seorang raja. Pemimpin rombongan itu mengatakan bahwa semua penumpang perahu dipersilakan memanfaatkan pulau tersebut, termasuk mengambil apa saja di pulau tersebut dan boleh dibawa pulang.
Tapi ada satu tempat di pulau tersebut yang tak boleh ditempati dan tak boleh diambil barang-barangnya karena milik raja. Selain satu tempat itu semuanya bebas diambil.
Begitu tiba di pulau tersebut, rombongan itu kemudian berpencar menjadi empat kelompok. Kelompok pertama, fokus mengumpulkan benda-benda berharga seperti mutiara dan sebagainya. Mereka secara cepat mengumpulkan Mutiara sebanyak-banyaknya untuk dibawa pulang.
Kelompok kedua, mengumpulkan benda-benda tak berharga. Semua benda-benda tak berharga dikumpulkan sehingga mereka capek.
Kelompok ketiga, membangun kemah seolah-olah tak akan pulang lagi. Padahal waktu di pulau tersebut terbatas.
Kelompok keempat, mengabaikan perintah pemimpin rombongan. Kelompok ini selain menempati tempat milik raja juga mengambil barang-barang yang sebelumnya sudah dilarang oleh pemimpin rombongan.
Tak lama kemudian pemimpin rombongan memberi pengumuman bahwa waktu sudah habis. Sudah waktunya kembali ke perahu dan pulang.
Menurut Syaikh Mamduh, kelompok pertama adalah kelompok yang sangat menghargai dan memafaatkan waktu dengan baik. Otomatis mereka beruntung karena banyak membawa pulang mutiara atau kekayaan alam yang berharga.
Kelompok kedua tak mendapat apa-apa karena malas sehingga waktunya terbuang percuma. Yang didapat justru barang-barang tak berharga.
“Kelompok ketiga sangat menyesal karena berkemah,” ujar Syaikh Mamduh.
“Kelompok keempat malah melanggar aturan, mengambil barang-barang milik raja sehingga dihukum oleh raja yang menguasai pulau tersebut,” lanjut Syaikh Mamduh sembari mengatakan bahwa kisah tersebut diceritakan Imam Qudamah, ulama besar madzhab Imam Hanbali.
Menurut Syaikh Mamduh, kisah ini menggambarkan bahwa waktu kita sangat terbatas.
“Kalau orang rajin dia akan mendapatkan pahala-pahala. Sedangkan orang tidak rajin mendapat sedikit, orang yang melanggar mendapatkan hukuman. Itulah gambaran dunia sekarang,” tegas Syaikh Mamduh sembari mengatakan bahwa waktu adalah harta yang sangat berharga dibandingkan dengan harta lainnya.
Syaikh Mamduh juga mengibaratkan waktu seperti nafas. “Pada saatnya nafas itu akan berhenti,” kata Syaikh Mamduh. “Orang yang memanfaatkan waktu yang singkat ini akan beruntung, sedangkan orang yang tak bisa memanfaatkan waktu akan rugi,” jelasnya.
Ia mengajak kita mengambil ibrah atau pelajaran dari Nabi Nuh. Menurut dia, Nabi Nuh adalah nabi yang usianya paling panjang, 950 tahun.
“Mungkin kita berusia 50 tahun. Tapi ketika ingat waktu kecil seolah baru kemarin. Bahkan kita mungkin berusia 90 tahun tapi ketika kita ingat waktu kecil seolah baru kemarin,” ujar Syaikh Mamduh sembari mengingatkan bahwa waktu itu tak akan bisa kembali.
Nabi Muhammad, tegas Syaikh Mamduh, juga mengatkan kita, untuk apa umur kita dimanfaatkan selama hidup. “Mari kita gunakan umur kita untuk kebaikan terutama untuk orang lain,” ujarnya.
Pada akhir doanya Syaikh Mamduh berharap semoga dihindarkan dari orang yang tidak memanfaatkan umur secara baik.
Syaikh Mamduh secara khusus mendoakan Kiai Asep semoga panjang umur dan selalu penuh keberkahan bersama keluarga dan para santrinya. Ia juga mendoakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang telah memimpin Jawa Timur cukup lama.
Dalam sambutannya Khofifah mengapresiasi tausyiah Syaikh Mamduh tentang waktu. Menurut dia, betapa keramatnya waktu. Karena itu kita harus memanfaatkan sebaik-baiknya.
Gubernur Khofifah juga memuji Kiai Asep yang istiqamah mendoakan Jawa Timur agar menjadi provinsi terbaik se-Indonesia.
“Doa panjenengan sudah terkabul,” ujar Khofifah sembari memaparkan beberapa prestasi Jawa Timur dalam kepemimpinannya.
Khofifah juga memuji jejaring Kiai Asep yang luas dan mencapai berbagai daerah seluruh Indonesia. Khofifah juga mengapresiasi Kiai Asep yang rutin mengundang para kiai dan nyai shalat malam dan istighatsah.
Acara ini memang diawali shalat dan shalat malam 12 rakaat dengan 6 kali salam. Kemudian Kiai Asep memimpin istighatsah untuk mendoakan bangsa Indonesia dan para pemimpin. Termasuk Presiden Prabowo Subianto, Gubernur Khofifah Indar Parawansa, Bupati Mojokerto Muhammad Al Baraa dan Bupati Serang Ratu Rochmatuzakiyah.
“Juga untuk mendokan NU. Siapapun yang dzalim kepada NU semoga mendapat peringatan dari Allah SWT,” tegas Kiai Asep.
Menurut Kiai Asep, konflik yang sempat melanda PBNU tak lepas dari risywah di Muktamar NU. Karena iu Kiai Asep mengajak para kiai untuk memerangai risywah.
Putra KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri NU itu sangat menyayangkan jika ada orang bilang bahwa risywah itu sudah lumrah dan tak bisa diberantas. Apalagi dianggap sebagai hari rayanya para ketua PCNU dan ketua PWNU.
“Itu kan sama dengan mengatakan untuk apa mengamalkan ajaran agama. Kalau ada yang beranggapan seperti itu berarti murtad,” tegas Kiai Asep yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).






