SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Upaya Pemprov Jatim dan pegiat mangrove yang tak kenal lelah dalam melakukan penanaman tanaman dikotil yang hidup di habitat air payau, serta air laut di banyak titik membuahkan hasil membanggakan.
Berdasarkan Peta Mangrove Nasional 2021, Jawa Timur menempati urutan teratas sebagai provinsi dengan luas hutan mangrove terluas di Pulau Jawa. Total, Jatim memiliki luas hutan mangrove sebesar 27.221 hektare.
BACA JUGA:
- Raih SPM Awards 2024, Adhy Karyono: Jadi Motivasi dan Cambuk bagi Pemprov Jatim
- Khofifah Ajak GP Ansor dan Banom NU Lainnya Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045
- Hadiri Rakornas PB 2024, Adhy Karyono: Indeks Risiko Bencana di Jawa Timur Terus Turun
- Pesan Khofifah saat Lantik Pengurus IKA Unair Sumatera Utara
Jika dipersentase, sebesar 48 persen dari hutan mangrove se-Jawa berada di Jawa Timur, dengan komposisi mangrove kerapatan lebat sebesar 47,26 persen, mangrove kerapatan sedang 46,08 persen, dan mangrove kerapatan jarang 6,66 persen.
Berdasarkan sumber data yang sama, Jawa Timur juga memiliki potensi mangrove terluas se-Jawa dengan 51.557 hektare atau sekitar 35 persen selain yang sudah ada. Gubernur Khofifah mengatakan bahwa keaktifan menanam mangrove sengaja dilakukan sebagai upaya nyata Pemprov Jatim bersama seluruh elemen dalam rangka menurunkan emisi gas rumah kaca.
“Menanam mangrove adalah upaya kita bersama untuk mewujudkan Net Zero Emission di tahun 2060. Alhamdulillah dengan terus menanam di sangat banyak titik di kabupaten kota di Jatim, saat ini hutan mangrove Jatim merupakan yang terluas di Pulau Jawa,” ujarnya di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (19/1/2023).
Ia menjelaskan, berdasarkan hasil studi para ilmuwan, sumber emisi di Indonesia terbesar berasal dari sektor kehutanan terkait perubahan fungsi hutan dan lahan. Selain itu juga sektor energi, pertanian, indutri dan penggunaan produk serta limbah.
Menurut data BPS Tahun 2019 bahwa sektor kehutanan memberikan kontribusi emisi sebesar hampir 925 Juta ton CO2e. Sementara penggunaan energi sebesar 638,81 Juta ton CO2e, limbah 134,12 Juta ton CO2e, pertanian 108,60 Juta ton CO2e dan industri serta penggunaan produk sebesar 60,18 Juta ton CO2e.