Pulang Kampung ke Leuwimunding Majalengka, Kiai Asep Heran Banyak Anak Putus Sekolah

Pulang Kampung ke Leuwimunding Majalengka, Kiai Asep Heran Banyak Anak Putus Sekolah Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA (tengah) saat memberikan sambutan dalam acara silaturahim di Gedung Madrasah Aliyah Unggulan Amanatul Ummah 02 Leuwimunding Majalengka, Ahad (27/6/2021). foto: mma/ bangsaonline.com

MAJALENGKA, BANGSAONLINE.com - Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur pulang kampung ke Leuwimunding ,. Biasanya mudik Idul Fitri beserta semua anggota keluarganya, namun tahun ini terhalang pandemi Covid-9. baru sekarang bisa pulang ke kampung halamannya.

pulang kampung bersama istri tercintanya, Nyai Hj Alif Fadlilah. Dari sembilan putra-putrinya hanya Muhammad Al-Barra (Gus Bara) dan adiknya Gus Hasmi yang ikut. Gus Bara adalah putra tertua yang kini jadi Wakil Bupati Mojokerto.

Namun tampak heran ketika silaturahim dengan warga kampungnya. Ternyata banyak sekali anak di kampung halamannya. Ia menyebut ada murid sudah kelas IX berhenti sekolah. Ada juga yang kelas VIII dan VII berhenti dan seterusnya.

“Padahal sekolahnya gratis,” kata dalam acara silaturahim di Gedung Madrasah Aliyah Unggulan Amanatul Ummah 02 Leuwimunding . memang mengratiskan semua murid di sekolah yang didirikan di kampung halamannya.

minta agar para guru bekerja lebih keras untuk memajukan Madrasah Aliyah Unggulan Amanatul Ummah 02. Ia minta para guru bisa mengantar anak-anak didiknya berprestasi dan mengantar ke perguruan tinggi. menarget ada tiga siswa Madrasah Aliyah Amanatul Ummah 02 diterima di Fakultas Kedokteran, di samping berbagai fakultas lain.

“Soal biaya dipikirkan nanti,” kata yang mengaku akan menanggung separuh biaya kuliahnya.

lalu menceritakan pengalaman pahitnya ketika masih kecil. Namun ia tetap punya tekad membara untuk menuntut ilmu. Menurut dia, saat ditinggal wafat abahnya, KH Abdul Chalim, ia tak bisa melanjutkan sekolah karena tak ada yang membiyai. Saat itu ia duduk di bangku SMA.

“Akhirnya saya mengembara,” kata . Ia pergi dari daerah ke daerah untuk mencari orang yang bisa memberikan pekerjaan dan makan agar bisa tetap belajar dan membaca. Ia mengaku membawa tas yang beratnya sekitar 30 kg. Isinya kamus bahasa Inggris dan bahasa Arab, di samping pakaian.

Ternyata tak gampang mencari orang yang bisa menerima dan memberi makan. Sampai akhirnya ia kembali lagi ke Surabaya dan Sidoarjo. Karena semangat untuk mencari ilmu terus membaja ia akhirnya menjadi kuli bangunan.

“Saya menjadi kuli bangunan selama dua bulan agar bisa mendapatkan uang untuk daftar kuliah,” tuturnya. Bahkan sebelumnya ia sempat mau jual rokok di terminal Joyoboro Wonokromo Surabaya. Namun ia batalkan karena malu takut ketemu teman-teman sesama siswa SMA-nya.

Saat itu ia juga mengaku tak punya ijazah SLTA. “Saya pakai ijazah swasta, buat sendiri di pondok,” kata disambut tawa yang hadir. “Karena buat sendiri nilainya 9 semua,” tambahnya.

Namun saat ujian masuk kuliah ia paling banyak materi ujinya. “Karena ijazahnya swasta,” katanya. Meski demikian bisa menjawab semua karena memang dikenal pintar.

Namun meski sudah berstatus mahasiswa tak ada yang mau dimakan. “Apa yang mau dimakan besok belum tahu,” katanya. Ia mengaku berkali-kali jatuh karena kelaparan. Namun ia tak pernah menyerah. Ia punya cita-cita besar.

“Kalau anak-anak bapak dan ibu soal makan kan tak ada masalah, yang mau dimakan kan sudah ada,” kata memberikan motivasi. “Bahkan sekolah gratis,” tambahnya.

Karena itu minta agar kesempatan belajar gratis itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Dalam acara itu teman-teman semasa kecil hadir. Ada juga teman satu sekelas waktu SD yang kemudian jadi kepala desa.

Namun dari sekian teman-temannya itu terbilang paling sukses, baik secara ekonomi, akademik maupun ketokohan. selain kaya raya juga mencapai prestasi akademik tertinggi, menjadi guru besar, dan sukses mendirikan pondok pesantren Amanatul Ummah yang santrinya mencapai 12.000 orang.

membawa mobil truk berisi beras dan sarung untuk dibagikan kepada warga kampungnya. Selain itu juga membagi-bagikan uang.

pulang kampung sejak Sabtu (26/6/2021). Ia baru kembali hari ini, Senin (28/6/2021) ke Surabaya dan Pacet Mojokerto.

Di kampung halamannya, menghadiri tiga acara. Yaitu silaturahim dengan warga kampung yang digelar di Gedung Madrasah Aliyah Unggulan Amanatul Ummah Leuwimunding . Lalu pertemuan dengan dengan para pengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) .

Pada siang harinya menggelar pertemuan dengan pengurus Pergunu di kediamannya yang luas di Kampungampel Indramayu. Hadir Ketua PW Pergunu Dr Saefullah dan Bendahara Pergunu Pusat, Habiburrohman (Gus Habib). Dalam acara itu Gus Bara memberikan pemaparan, di samping dan Saefulloh. Acara ini dihadiri para ketua Pengurus Cabang Pergunu kota dan kabupaten.

Dr Saefullah saat memberikan sambutan juga sempat menyinggung soal rendahnya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat. “Jawa Barat masih memiliki masalah dalam pendidikan karena rata-rata lama sekolah (RLS) baru 8,3 tahun atau belum tamat SMP/MTs,” katanya.

Ia mengutip data BPS. Berdasar data BPS, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi pada Tahun 2020 Mencapai 72,09 dan penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 8,55 tahun (hampir setara dengan masa pendidikan untuk menamatkan jenjang kelas IX), lebih lama 0,18 tahun dibandingkan tahun sebelumnya. (mma)

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO