Tafsir Al-Kahfi 29: Iman, Tidak Boleh Taqlid

Tafsir Al-Kahfi 29: Iman, Tidak Boleh Taqlid Ilustrasi.

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

29. Waquli alhaqqu min rabbikum faman syaa-a falyu'min waman syaa-a falyakfur innaa a’tadnaa lilzhzhaalimiina naaran ahatha bihim suraadiquhaa wa-in yastaghiitsuu yughaatsuu bimaa-in kaalmuhli yasywii alwujuuha bi'sa alsysyaraabu wasaa-at murtafaqaan

Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

TAFSIR AKTUAL

Ayat kaji ini ada setelah Tuhan - panjang lebar - menasehati manusia agar beriman dengan mantap, selalu bersama dengan orang-orang tekun beribadah dan memproyeksikan seluruh hidupnya untuk mengunduh ridla Tuhan. Jangan sekali-kali terjerembap mencintai dunia, karena itu berpotensi melalaikan kita dari tujuan hidup yang sesungguhnya.

Tuhan itu memberi dan berkonsekuensi. Tuhan itu tidak makan, tapi memberi makan. Tuhan juga tidak minum, tapi memberi minum. Tuhan sangat konsekuen dan mengapresiasi terhadap amal perbuatan hamba-Nya. Mereka yang patuh, ditempatkan di surga, dan yang durhaka ditempatkan di neraka. Kayak perlakuan kita: siswa yang prestasi diberi beasiswa, sedangkan yang melakukan tindak pinada dipenjara.

Karena kebesaran-Nya, Tuhan hanyalah menyediakan berbagai fasilitas dengan segenap konsekuensinya. Sesuai kemanusiaannya. Manusia diberi kemampuan berpikir secara sehat, kemampuan memilih secara bebas, dan kemampuan bertindak secara luas. Untuk itu, Tuhan sama sekali tidak mengintervensi manusia agar berbuat ini atau berbuat itu.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO