
Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie
Rubrik Tafsir Al-Quran Aktual ini diasuh oleh pakar tafsir Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir mumpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.
Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Hajj': 6-7. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca.
6. Żālika bi'annallāha huwal-ḥaqqu wa annahū yuḥyil-mautā wa annahū ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Demikianlah (penciptaan manusia) itu karena sesungguhnya Allah, Dialah yang Mahabenar dan sesungguhnya Dia menghidupkan orang-orang yang mati dan sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
7. Wa annas-sā‘ata ātiyatul lā raiba fīhā, wa annallāha yab‘aṡu man fil-qubūr(i).
Sesungguhnya kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur.
TAFSIR
Kata qubur banyak dijumpai di dalam Alqur’an dan salah satunya ada pada ayat kaji ini. Qubur adalah bentuk jamak yang artinya artinya kuburan. Bentuk mufradnya adalah “qabr”.
Senada dengan qabr adalah kata “Jadats”, bentuk jamaknya: “ajdats”, arti Indonesianya sama, yakni “kubur, kuburan”. Ini ada di surah Yasin: 51. “wa nufikh fi al-shur faidza hum min al-AJDATS ila Rabihim yansilum”. Kala Sengkala dibunyikan, mereka bergegas keluar dari kubur menuju Tuhan. Bedanya?
Qabr dan jadats sama-sama berarti kubangan, liang, rongga, ruangan sempit yang ada di dalam tanah, kemudian tertutup dan tertimbun oleh tanah itu juga. Sedangan lahd, liang lahad adalah galiannya khusus, di mana bagian bawah agar menjolor sedikit ke sisi barat. Semuanya berfungsi untuk mengubur janazah, di mana bagian bawah agak menjolor ke sisi kiblat atau barat.
Qubr, qubur itu untuk menggambarkan suasana senyap, seram, dan mengerikan, sehingga manusia bisa membayangkan betapa berada di dalam kubangan itu suasananya sangat menakutkan, seperti anda yang sendirian di ruang gelap, angker, dan sangat sepi. Jadi sisi sunyi mengerikan itulah yang ditonjolkan.
Karena itu, ruang yang fisis ini disifati, diterangkan dengan berbagai keadaan. Seperti diobrak-abrik, “wa idza al-qubur bu’tsirat” (al-Infithar:4), “afala ya’lam idza bu’tsir man fi al-qubur” (al-Adiyat:9). Penghuninya dibangkitkan, “... wa ann Allah yab’ats man fi qubur” seperti pada ayat kaji ini.
Sedangkan Jadatz atau Ajdats lebih menggambarkan makna lobang yang ada di dalam tanah, di mana dari situlah hewan-hewan kecil, serangga, laron, dan lain-lain keluar satu per satu dengan cepat dan berdesakan menuju satu titik.
Maka, di dalam al-qur’an kata ajdats hanya dipakai untuk menggambarkan keluarnya penghuni kubur kelak di hari kiamat yang semuanya bergegas menuju Tuhan mereka.
Gambarannya seperti laron-laron di musin turun hujan, hujan pertama. Mereka keluar dengan jumlah banyak sekali pada saat malam hari dan semuanya menuju sinar terang, menuju lampu. 'Brul-brul mbejudul', itulah makna “yansilun”.
Semua laron-laron tersebut tertarik oleh cahaya dan berusaha mendekat. Seperti itulah tamsilnya kelak kita tertarik hadir di hadapan Tuhan.
Ketika laron-laron itu membutuhkan kehidupan selanjutnya yang lebih nyaman ketimbang saat berada di dalam, sementara mereka tidak tahu nasib berikutnya, apakah selamat dan tumbuh sejahtera, atau mati dimangsa hewan lain, maka yang jelas mereka pasti memburu kehidupan lebih baik.
Dan kira-kira seperti itulah gambaran kemauan kita, kebutuhan kita kelak di hari akhir. Mengharap dengan sangat penolong yang hadir pada waktu yang tepat untuk membantu mendapatkan kenyamanan surgawi yang didambakan. Dan yang diharap itu tiada bukan, dalam bahasa agama adalah syafaat.
Adalah pertolongan, bantuan dari pihak lain yang dulu saat di dunia kita pernah kenal, pernah akrab, pernah bersahabat dan berinteraksi. Dialah Rasulullah Muhammad SAW. Maka, akrabilah beliau dengan banyak-banyak membaca shalawat kepadanya. Berapa kali anda bershalawat dalam sehari semalam? Kelak, beliau pasti hadir mengunjungi pemujanya.
Dialah Alqur’an al-karim yang sering kita baca. Makanya, setiap muslim dianjurkan akrab, hafal, meskipun hanya satu surah. Tidak harus hafal seluruh Alqur’an dan tentu itu lebih baik. Anda hafal surah al-ikhlas, bacalah dia seratus kali dalam sehari semalam, -misalnya. Hafal surah Yasin, al-Mulk dan seterusnya. Surah-surah tersebut pasti hadir mensyafaati anda kelak. “Anda yang sering menelepon, video call dengan seseorang, maka dia akan semakin mengenali anda”.