Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
79. Wamina allayli fatahajjad bihi naafilatan laka ‘asaa an yab’atsaka rabbuka maqaaman mahmuudaan
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.
TAFSIR AKTUAL
Seorang teman hafidh al-qur'an dan kurang percaya terhadap kehebatan al-qur'an. Maklum, sebagai anak muda dan baru menikah, dia dibebani mencari nafkah yang mencukupi kehidupan keluarga. Pikirannya lebih memuja perhitungan matematis, kerja, dan kerja. Akibatnya, al-qur'an yang ada di dadanya kurang dioptimalkan. Kondisi ekonomi tidak malah membaik, dagang sana dan usaha sini ternyata tidak menghasilkan perubahan.
Suatu ketika diajak temannya sowan ke seorang shalih yang terkenal sebagai wali Allah, karena kesalehan ibadahnya dan ketinggian zuhudnya. Di sana ngantre agak lama, dan pada gilirannya masuk ke ruang konsultasi yang telah disediakan.