Dugaan Faktor Keracunan Ikan Tongkol di Jember, Salah Simpan Hingga Pengolahan yang Tidak Benar

Dugaan Faktor Keracunan Ikan Tongkol di Jember, Salah Simpan Hingga Pengolahan yang Tidak Benar Dinkes, Dinas Perikanan, dan BPOM Jember saat melakukan investigasi ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Puger, Kamis (2/1/2020) pagi.

JEMBER, BANGSAONLINE.com - Penybab keracunan ikan bakar tongkol saat momen perayaan pergantian tahun 2020 di Kabupaten Jember, mulai terkuak. Ada dugaan, faktor yang menyebabkan keracunan tersebut adalah karena salah penyimpanan. Selain itu, juga karena pengolahannya yang kurang tepat. Sehingga, menyebabkan kandungan histamin yang ada dalam ikan tersebut menjadi berlebih.

Terkait hal ini, Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Perikanan, dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) setempat langsung melakukan investigasi ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Puger, Kamis (2/1/2020) pagi.

Sejauh ini, menurut Plt. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Jember Murtadlo, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab keracunan ikan tersebut.

"Pertama karena salah dalam proses penyimpanannya," kata Murtadlo di sela kegiatan investigasi yang dilakukannya di TPI Puger.

Menurut Murtadlo, semua jenis ikan bisa menjadi beracun ketika menyimpannya sembarangan. "Setidaknya untuk membuat ikan tetap segar harus disimpan di cold storage atau freezer lemari es. Tidak cukup kemudian di bungkus kresek, dan diberi es secukupnya agar ada dingin-dinginnya, itu belum tentu fresh untuk ikannya. Jadi harus benar penyimpanannya," jelasnya.

Kedua, lanjutnya, karena salah dalam mengolah ikan. Apalagi dalam kejadian keracunan tersebut ikan yang dikonsumsi adalah jenis tongkol hitam yang kadar histaminnya tinggi. "Maka ketika tidak diolah dengan baik, atau hanya dibakar setengah matang itu akan berbahaya. Hal ini harus diperhatikan, sehingga baik pembeli atau penjual memahami hal tersebut," ulasnya.

Lebih jauh Murtadlo juga menjelaskan, dari faktor-faktor penyebab keracunan dugaannya adalah para pedagang tidak menyimpan ikan dengan cara yang benar. Bisa jadi hanya sekadar diberi es batu.

"Sementara prinsip ekonomi pun diterapkan di sini, antara supply and demand-nya, sehingga menjadi pertimbangan. Dugaannya pun, ikan yang dijual sudah tersimpan cukup lama. Selain itu, dikonsumsinya pun masih malam harinya. Jadi banyak dugaan, sehingga masih kita selidiki," jelasnya.

"Selain itu, saya juga mendapat informasi, saat itu ada pedagang yang menjual ikan tongkol sangat murah yakni Rp 6.000 per kilo. Padahal normalnya harga tongkol Rp 20.000 per kilo," imbuhnya. (ata/yud)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO