Cara Abdul Muni, Warga Pamekasan Lolos dari Kejaran Massa di Wamena, Sembunyi di Plafon dan Sungai

Cara Abdul Muni, Warga Pamekasan Lolos dari Kejaran Massa di Wamena, Sembunyi di Plafon dan Sungai Abdul Muni, warga Dusun Durbugen, Desa Bungbharuh, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan menceritakan pengalamannya dikejar massa saat kerusuhan Wamena.

Namun karena massa terus mencari sambil berteriak bunuh-bunuh, ia nekat melompat dari atas plafon rumah dengan tujuan ingin kabur dari kepungan massa.

Namun ketika hendak melompat, bagian lengan kanannya terkena percikan bensin dari massa yang ingin membakar rumah. Api pun ikut menyambar lengan dan pelipisnya

Akhirnya Abdul Muni dan temannya berhasil lolos dari kepungan massa. Dia dan temannya berhasil kabur dari rumah tersebut dengan cara membobol pagar di bagian belakang rumah, dengan keadaan tangannya terbakar.

"Saya langsung kabur ke hutan bersama teman saya, walaupun kaki saya luka terkena pecahan kaca. Karena masih ada yang mengejar, saya melompat ke sungai. Saat saya naik lagi, tiba-tiba teman saya sudah tidak ada. Saya juga tidak tahu dia lari ke mana," ujarnya sambil menerawang mengingat kejadian yang mengerikan tersebut.

"Saya sembunyi di semak-semak. Ketika situasi sudah aman, pada pukul 16.00 WIT saya keluar dan alhamdulillah dijemput anggota TNI dan kemudian langsung dibawa ke Kodim untuk diamankan," ungkapnya.

Melihat kondisinya yang terluka, pihak TNI langsung membawa dirinya ke RSUD setempat. "Setelah situasi mulai aman, saya dibawa mengungsi lagi di Kodim Wamena selama 5 hari, selanjutnya mengungsi di Yonif 751/R di Sentani Jayapura selama 2 hari," ungkapnya

Lalu, Kamis, 3 Oktober 2019 pukul 05.00 WIB, Abdul Muni dibawa pulang dengan menggunakan Pesawat Hercules TNI-AU dan mendarat di Lanud Malang Pukul 16.00 WIB.

"Ketika sampai di Malang, saya mampir di rumah saudara saya dan tanggal 4 Oktober 2019 pukul 15.00 WIB saya tiba di rumah," tuturnya.

Selanjutnya, Abdul Muni menceritakan bahwa semua harta bendanya yang ada di Kampung Hom-Hom, Wamena, habis terbakar.

"Saya tinggal di Wamena kurang lebih sekitar 2 tahun, bekerja sebagai pedagang. Tapi sebelum saya ke Wamena, saya sempat bekerja di Kalimantan juga sebagai pedagang," ucapnya.

Saat ini, Abdul Muni mengaku masih trauma berat atas insiden kerusuhan di Wamena. Sebab pada saat kerusuhan, dirinya dikejar dan diancam akan dibunuh oleh warga pribumi.

"Warga lainnya masih ada yang di Wamena, tapi saya tidak tahu jumlah pastinya," pungkasnya. (yen/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Haul Akbar di Masjid Nurul Huda Pamekasan, Satukan Generasi dan Santri Kiai Mattawi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO