Enam Anak Meninggal Selama 2018 di Kabupaten Blitar

Enam Anak Meninggal Selama 2018 di Kabupaten Blitar Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinkes Kabupaten Blitar, Krisna Yekti.

BLITAR, BANGSAONLINE.com - Enam anak di Kabupaten Blitar meninggal dunia akibat Demam Berdarah Dengue (DBD). Angka tersebut terhitung sejak Januari hingga Oktober 2018.

Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti mengatakan, rata-rata pasien yang meninggal merupakan balita dan anak-anak berusia di bawah 10 tahun. Pasien yang meninggal dunia ini kebanyakan terlambat ditangani, atau baru mendapatkan penanganan medis setelah masuk masa kritis.

Sementara secara keseluruhan, Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar mencatat sebanyak 250 orang terjangkit DBD. "Data Dinkes Kabupaten Blitar secara keseluruhan ada 250 orang yang terserang DBD selama 2018, dengan jumlah pasien meninggal dunia mencapai enam orang. Jumlah ini terbilang tinggi, mengingat seharusnya masing-masing daerah menekan angka kematian demam berdarah hingga 1 persen. Namun angka kematian di Kabupaten Blitar saat ini, sementara telah mencapai 2,4 persen," jelas Krisna Yekti, Minggu (28/10/2018).

Krisna menambahkan, enam penderita DBD yang meninggal dunia di antaranya warga Kecamatan Selopuro, Kademangan, Kanigoro dan Garum. Menurut dia, Dinkes Kabupaten Blitar sebelumnya memang memprediksi kasus demam berdarah tahun 2018 meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Hal itu dipengaruhi siklus endemik demam berdarah tiga tahunan yang terakhir terjadi pada 2015 lalu dengan jumlah 356 penderita. Angka itu menurun di tahun 2016 menjadi 308 kasus. Dan menurun kembali tahun 2017 menjadi 84 kasus.

"Dinkes sudah memprediksi jika di tahun 2018 akan ada lonjakan penderita DBD. Karena adanya siklus tiga tahunan yang terakhir terjadi 2015 lalu," paparnya.

Untuk mengantisipasi kejadian luar biasa (KLB) kasus demam berdarah, Dinkes Kabupaten Blitar menggalakkan gerakan juru pemantau jentik (Jumantik). Hal ini terbukti efektif menekan angka penyebaran demam berdarah.

Selain itu, siklus hidup jentik nyamuk lebih panjang daripada nyamuk dewasa. Sehingga jika yang dibunuh hanya nyamuk dewasanya dengan cara fogging saja, maka jentik nyamuk tetap bisa segera tumbuh dan menjadi nyamuk dewasa yang dapat menyebarkan penyakit DBD tersebut. Oleh karena itulah, pencegahan dengan membasmi sarang nyamuk dengan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan jauh lebih efektif.

Krisna menambahkan, meski belum ada obat yang bisa menyembuhkan DBD, namun penanganan tepat waktu menjadi kunci keberhasilan untuk menyembuhkan, bahkan menyelamatkan nyawa penderita.

"Masyarakat kami himbau untuk mengebali "Siklus Pelana Kuda". Agar penderita cepat mendapatkan perawatan medis," pungkasnya. (ina/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO