Pasca Pencabulan 4 Santri oleh Gurunya di Jombang, LInK Desak Pemkab Nyatakan Darurat Kekerasan Anak

Pasca Pencabulan 4 Santri oleh Gurunya di Jombang, LInK Desak Pemkab Nyatakan Darurat Kekerasan Anak AKP Norman Wahyu Hidayat, Kasatreskrim Polres Jombang menunjukkan barang bukti kasus pencabulan guru ngaji kepada santrinya, Kamis (28/9/2017). foto: ROMZA/ BANGSAONLINE

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Publik di Kabupaten Jombang masih ramai membincangkan dua kasus asusila yang baru-baru ini diungkap Satreskrim setempat. Dua kasus tersebut adalah seorang bapak yang tega menghamili anak kandung dan adanya oknum guru ngaji yang nekat cabuli empat santrinya.

Tak pelak Pemkab Jombang pun didesak menyatakan darurat kekerasan terhadap anak di wilayahnya. Desakan ini muncul dari dari kalangan aktivis Lingkar Indonesia Untuk Keadilan (LInK) Jombang.

Aan Anshori, Direktur LINK, menyebut pemerintah setempat perlu menyatakan status darurat kekerasan seksual anak di Kabupaten Jombang. "Dari sekian data yang kami kumpulkan menunjukkan sebagian besar pelaku kekerasan seksual anak, terutama perempuan, adalah orang dekat. Bisa kawan, keluarga, tetangga bahkan pendidik. Mereka yang seharusnya melindungi justru berbalik 'memangsanya'," ujar Aan melalui keterangan tertulisnya kepada Bangsaonline.com, Jumat (29/9/2017).

Menurut mantan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini perlu ada langkah konkret dari seluruh pihak. Terutama pemerintah, organisasi masyarakat dan keagamaan. "Pemkab perlu menyatakan darurat kekerasan seksual anak. Sudah waktunya menyusun kerja-kerja implementatif sebagaimana mereka merespon bahaya lain seperti narkoba," ungkapnya.

Menurut Aan, langkah mendesak yang bisa dilakukan adalah melengkapi seluruh RT/RW, PKK, sekolah, dengan kemampuan deteksi dini terjadinya kekerasan dalam keluarga. "Jika perlu pemkab bisa menggandeng NU, Muhamadiyah, gereja dan intitusi lain dalam menjalankan deteksi dini," bebernya.

Dengan adanya early warning system atau sistem peringatan dini seperti ini, lanjut Aan, kekerasan seksual akan bisa diminimalisir. "Saya juga mendesak foto pelaku kekerasan seksual dipasang di Taman ASEAN atau tempat strategis lainnya agar seluruh kota tahu. Pemkab tidak boleh menyepelekan masalah ini. Mari kita selamatkan Kota Santri ini dari bahaya kekerasan seksual," pungkas Aan.

Seperti diketahui, dua kasus asusila yang tengah ditangani Satreskrim Polres Jombang, dirilis ke publik Kamis (28/9). Pertama, seorang bapak berinisial ATM (57) asal Dusun Waru Desa Made Kecamatan Kudu tega menyetubuhi anak kandungnya sendiri, sebut saja Mawar (14). Dalam aksinya, ATM mengancam buah hatinya dengan sebilah sabit agar menuruti nafsunya. Akibat perbuatan bejat ini, Mawar kini berbadan dua.

Kasus kedua yang tak kalah menggemparkan yakni seorang oknum guru ngaji berinisial MBC atau Misbachudin (45), dilaporkan ke petugas berseragam coklat lantaran mencabuli murid ngajinya di TPQ Al-Falaq. Hingga saat ini sudah ada empat murid yang melapor menjadi korban pencabulan bapak dua anak asal RT 02/RW 05 Dusun Karangri Desa Blimbing Kecamatan Kesamben ini. Polisi menduga masih banyak korban lain yang belum melapor. (rom)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Akhirnya, Putra Kiai Jombang Tersangka Pencabulan Santriwati Serahkan Diri ke Polda Jatim':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO