Tafsir Al-Nahl 125: Madzhab Saudah dan Madzhab Aisyah dalam Poligami

Tafsir Al-Nahl 125: Madzhab Saudah dan Madzhab Aisyah dalam Poligami Ilustrasi

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

Ud’u ilaa sabiili rabbika bialhikmati waalmaw’izhati alhasanati wajaadilhum biallatii hiya ahsanu inna rabbaka huwa a’lamu biman dhalla‘an sabiilihi wahuwa a’lamu bialmuhtadiina (125).

Ayat studi (125) berbicara soal teknik berdakwah. Semua yang diragakan Rasulullah SAW adalah dakwah, termasuk berpoligami. Kebanyakan wanita membenci ini dan nonmuslim lekoh sekali mencaci poligami Nabi karena melebihi jatah umatnya. Meski begitu, sebagai amanah akademik tetap ditampilkan meski sekilas.

Ternyata, Muhammad muda (25) memperistri Khadijah binti Khuwailaid, janda dua kali (40). Tiada gadis yang tak kesengsem Muhammad, akibatnya, semua kecewa berat. Pernikahan itu memadukan dua pamor besar. Muhammad dari keluarga pemangku Kabah yang sangat disegani dan Khadijah dari keluarga konglomerat papan atas. Kuatlah strata sosial Muhammad, sehingga saat risalah diamanahkan sungguh cukup berposisi.

Meski dibenci, tak satu pun penjahat Makkah berani menjahati, paling banter menyatroni pengikutnya. Jiwa dan harta Khadijah totalitas dipersembahkan untuk dakwah suaminya dan setelah Khadijah meninggal, baru menikahi Saudah bint Zam'ah, janda tua berkulit hitam dengan banyak anak. Wanita penghijrah Habasyah ini ditinggal mati suaminya, sehingga lontang-lantung di Makkah karena keimanan. Lalu membangun keluarga bersama Aisyah bint Abi Bakr al-Shiddiq pada awal hijrah di Madinah.

Preode Madinah adalah periode membangun negara dengan kelengkapan sekian perundangan dan syari'ah, meliputi berbagai masalah, terutama keagamaan dan hukum publik dan keluarga. Untuk itu, sejak awal-awal dibutuhkan istri yang super cerdas untuk menampung semua kisi-kisi wahyu, dan Aisyah-lah orangnya.

Setelah kiprah negara Madinah meluas dan dakwah harus menembus luar negeri, di mana tatanan adat dan kabilah masih fanatis dan primordial, barulah menikahi beberapa janda dari berbagai suku. Hafshah putri Umar ibn al-Khattab. Jagoan ini menjadi mertua Nabi, maka pastilah mati-matian membela agama menantunya.

Zainab binti Khuzaimah ibn al-Harits, aktivis wanita dan pekerja soaial ternama, punya panti asuhan anak yatim dan para jompo sangat banyak sehingga dijuluki "umm al-masakin", ibu orang-orang miskin.

Umm Habibah, Ramlah binti Abi Sufyan, tokoh kafir Makkah yang paling jahat memusuhi Nabi. Ternyata kecolongan, sang putri tersayang menyerah di pelukan Nabi. Mau tak mau Abu Sufyan harus menurunkan tensi kebenciannya kepada sang menantu. Umm Salamah, Hindun binti Mughirah al-Makhzumi, politikus wanita cukup piawai, sehingga ide-idenya banyak dipakai Nabi dalam menghadapi gejolak lawan.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO