Tafsir Al-Nahl 124: Libur Hari Minggu, Bukti Toleransi Besar Umat Islam

Tafsir Al-Nahl 124: Libur Hari Minggu, Bukti Toleransi Besar Umat Islam

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

Innamaa ju’ila alssabtu ‘alaa alladziina ikhtalafuu fiihi wa-inna rabbaka layahkumu baynahum yawma alqiyaamati fiimaa kaanuu fiihi yakhtalifuuna (124).

Pada ayat 124 kemarin telah dikemukakan historisitas hari raya keagamaan setiap minggu. Ada satu hari istimewa bagi masing-masing agama, di mana masing-masing pemeluk lebih menyikapinya secara khusus. Umat Yahudi, memilih Sabtu, umat Kristiani memilih hari Ahad atau Minggu dan Jum'ah adalah hari raya keagamaan bagi umat Islam.

Dalam literatur agama, umat Islam dituntut berperhatian lebih dengan meningkatkan amal ibadah di hari Jum'ah. Sampai persolan bepergian, kurang dianjurkan bepergian pada pagi hari Jum'ah. Hal demikian demi ibadah Jum'ah nanti bisa lebih khusyu' dan optimal.

Keutamaan-keutamaan pada hari Jum'ah juga ditawarkan begitu merayu dan terbuka, yang mana tujuannya adalah agar umat Islam sungguh konsentrasi pada hari raya agama itu tanpa ada gangguan dari aktivitas sehari-hari. Untuk itu, para kiai-kiai dulu meliburkan hari Jum'ah dari segala kegiatan, termasuk kegiatan belajar mengajar, mengaji kitab kuning dll. Sampai hari ini, mayoritas pondok pesantren libur aktivitas pada hari Jum'ah.

Semua tahu, bahwa negeri tercinta ini, NKRI ini lebih dominan didirikan oleh teriakan "Allahu Akbar" dan tumpahan darah umat Islam. Penjajah negeri ini selama 350 tahun adalah orang-orang Belanda yang notabenenya beragama kristen. Jadi, secara agama, - sekali lagi - secara agama, perusak negeri, penindas, pengeruk kekayaan negeri ini hingga habis-habisan adalah orang-orang beragama Kristen.

Sedangkan yang paling banyak berjuang memerdekakan negeri ini dari penjajah jahat tersebut adalah umat Islam Indonesia. Memang harus diakui ada darah pejuang kemerdekaan yang beragama Kristen, atau non-Islam lain, tapi sangat sedikit, sedikit sekali persentasenya. Silakan anda menyangkal, tapi tolong cek dulu batu nisan di makam pahlawan atau kuburan-kuburan kampung, lalu bandingkan mana paling banyak, kuburan mayit muslim atau nonmuslim.

Meskipun demikian, meski penduduk negeri ini mayoritas muslim, bahkan dulu mencapai 90 persen, tapi demi menghormati saudara sebangsa setanah air yang beragama kristen, para kiai, para pendiri negeri ini mengalah dengan menetapkan hari Minggu atau hari Ahad sebagai libur nasional tiap minggu. Meski ada alasan lain, tapi yang nyata adalah agar umat Kristiani bisa lebih leluasa menjalankan ibadah di gereja. Mereka bebas dari kewajiban beraktivitas demi ibadah Minggu.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO