JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Kapolri Jenderal Tito Karnavian diminta tidak membuat kegaduhan baru dengan mengeluarkan pernyataan bahwa ada agenda tersembunyi pada Aksi Bela Islam III yang rencananya berlangsung 25 November dan 2 Desember nanti.
"Menurut saya pernyataan-pernyataan perlu terukur. Jangan membuat satu spekulasi yang membuat kegentingan-kegentingan baru," kata Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon ketika ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (21/11).
BACA JUGA:
- Resmi Jabat Pj Gubernur Jatim, Adhy Karyono Siap Tancap Gas Tingkatkan Capaian Pembangunan
- Jawa Timur Raih Penghargaan Pemerintahan Provinsi Terinovatif di IGA Kemendagri 2023
- Sidoarjo Raih Penghargaan Pemda Kinerja Terbaik Nasional, Gus Muhdlor: Kawal Terus Kinerja Pemkab
- Mendagri Tunjuk Aries Agung Paewai Sebagai Pj Wali Kota Batu
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini menilai, aksi yang menuntut tersangka kasus dugaan penistaan agama, Gubernur DKI non aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ditahan polisi sesungguhnya memiliki alasan yang sangat masuk akal.
Soalnya, lanjut Fadli Zon, pasal 1 ayat 56a KUHP tentang penistaan agama yang disangkakan ke Ahok merupakan pasal yang menuntut hukuman 5 tahun penjara. Di mana itu bisa dijadikan dasar bagi penahanan mantan Bupati Belitung Timur itu.
"Alasannya juga cukup masuk akal karena hampir semua yang dituduh melanggar pasal 1 ayat 56a itu pada umumnya ditahan. Kenapa ini kok tidak? Jadi saya kira ini tuntutan yang wajar, yang perlu dipertimbangkan. Karena ini kan subjektif sifatnya oleh para penyidik di Polri sendiri," tandasnya.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku mendapat informasi bahwa rencana demo 25 November berpotensi makar. Menurut dia, demo nanti akan berusaha menguasai gedung DPR untuk menggulingkan pemerintahan Jokowi-JK.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Komisi III DPR, Desmond J Mahesa mengatakan, tidak memahami pola pikir Tito Karnavian. Menurut Desmond, kalau memang mau makar, maka yang akan diduduki adalah Istana Presiden, bukan Gedung DPR.
"Ini aneh-aneh saja wacana yang dilontarkan Tito Karnavian. Kalau memang ada rencana untuk makar, kenapa juga gedung DPR yang akan dikuasai? Kalau mau makar yah Istana Presiden yang dikuasai. Apa yang makar itu tidak tahu bahwa presiden itu adanya di istana bukan di DPR?" ujar Desmond, Senin (21/11).
Desmond pun heran demonstrasi yang dilakukan damai selama ini justru dituduh untuk makar.
"Tito ini tukang ramal nampaknya atau malah jangan-jangan dia yang suruh agar ada dari bagian para demonstran yang akan menduduki DPR. Kalau tidak tahu darimana dia? Demonstrasi selama ini berjalan aman dan damai saja kok," tambahnya.
Politikus Gerindra ini mengaku mengenal Tito sebagai pribadi yang baik. Namun menurutnya, sebagai angota komisi III, dirinya seringkali melihat bahwa Kapolri seperti tidak bertindak atas nama hukum.