Tiga Hari Diguyur Hujan, Tembakau Petani Bojonegoro Tenggelam

Tiga Hari Diguyur Hujan, Tembakau Petani Bojonegoro Tenggelam Salah satu lahan tembakau milik salah satu petani yang terendam. foto: EKY NURHADI/ BANGSAONLINE

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Hujan dengan intensitas tinggi masih terus mengguyur wilayah Kabupaten Bojonegoro. Hujan pada awal musim kemarau ini diprediksi masih bakal mengguyur Kota Ledre selama beberapa pekan ke depan.

Akibat hujan tersebut, beberapa jenis tanaman milik petani mati karena terendam air. Di antaranya tanaman tembakau, lombok dan jagung. Tanaman yang mati itu tersebar di beberapa wilayah, seperti di Kecamatan Kanor, Sumberejo, Baureno dan Balen.

Di Kecamatan Baureno dan Kanor misalnya, tembakau yang baru ditanam seminggu terakhir langsung mati karena tenggelam. Air terlihat hingga menggenangi tumpukan tanah tempat bibit tembakau atau gulutan (bahasa jawa,red).

"Tiga malam ini hujan turun deras sekali, air tidak bisa mengalir ke sungai karena sungainya juga sudah penuh," ujar salah satu petani di Dusun, Patoman, Desa Simorejo, Kecamatan Kanor, Samingun (60), Minggu (26/6).

Luas lahan yang ditanami tembakau miliknya ada 360 hektare. Itu semua tembakaunya mati akibat kebanjiran. Ia mengalami kerugian mencapai belasan juta. "Biaya tanam mulai mencangkul dan beli bibit tembakau sekitar Rp 13 juta, gak tau habis ini saya tanami lagi atau saya biarkan saja," keluhnya.

Selain Samingun, para petani tembakau, lombok dan jagung di Kanor dan Baureno serta di beberapa kecamatan lain juga mengalami kerugian yang besar. "Tembakau, jagung dan lombok itu bila sekali terendam air langsung akan mati," ucapnya.

Para petani berharap cuaca di Bojonegoro bisa segera normal kembali, agar mereka dapat melakukan tanam dengan baik dan subur. Seperti pada tahun yang sudah-sudah, setiap awal musim kemarau para petani melakukan tanam tembakau, jagung dan lombok.

Namun, sepertinya kemarau tahun ini tidak bersahabat, hujan masih sering turun pada siang maupun malam hari. Tahun ini kemarau di Bojonegoro dikatakan sebagai kemarau basah.

Sementara itu Kepala Disperta maupun Dishutbun Bojonegoro hingga kini mengaku belum menerima laporan jumlah berbagai jenis tanaman yang mati akibat terendam banjir air hujan. Namun, diprediksi lebih dari 300 hektare yang tersebar di beberapa kecamatan itu.

"Belum ada mas," kata Ahmad Djupari, Kadisperta Bojonegoro. (nur/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO