Taushiah Pelantikan Muslimat Bengkulu, Kiai Hasyim Muzadi Usul Bentuk “Expert Muslimat NU”

Taushiah Pelantikan Muslimat Bengkulu, Kiai Hasyim Muzadi Usul Bentuk “Expert Muslimat NU” KH A Hasyim Muzadi saat memberikan taushiyah dalam Pelantikan dan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Pengurus Wilayah Muslimat NU Bengkulu Sumatera Barat. foto: BANGSAONLINE

BENGKULU, BANSAONLINE.com - Mantan Ketua Umum PBNU KH Ahmad Hasyim Muzadi menyampaikan usul cukup cerdas tentang peran NU ke depan. Menurut dia, NU perlu membentuk “kelompok expert” (kelompok ahli) yang terdiri dari para ilmuwan NU di berbagai bidang ilmu, agar dapat berpartisipasi dalam konsepsi nasional dan go international.

”Saya yakin tenaga-tenaga ilmuwan itu sudah berkembang di kalangan tinggal melakukan koordinasi dan penugasan ilmiah di berbagai bidang. Apabila dilakukan saya siap untuk menyambungkannya pada tingkat internasional,” kata Kiai Hasyim Muzadi saat memberikan taushiyah dalam Pelantikan dan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Pengurus Wilayah NU Bengkulu 2016-20121 dan seluruh cabang-cabang NU se-Propinsi Bengkulu Sumatera Barat (17/6). Acara tersebut dihadiri Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziyah PWNU Bengkulu lengkap dengan PCNU se-Bengkulu Sumatera Barat.

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini juga menyerukan kepada NU untuk kembali berpegang teguh kepada khitah NU 1926 secara utuh.

”Karena khittah NU inilah yang merupakan ruh, martabat dan keluhuran jati diri serta pengembangan Nahdlatul Ulama secara nasional dan internasional. Apabila Khittah NU 1926 kita tinggalkan maka NU akan kehilangan pijakan dan arah perjuangan, bisa disusupi oleh multi ideologi non-NU. Kegiatan NU akan cenderung ke pragmatisme, dan akhirnya akan kehilangan penghargaan orang lain terhadap Nahdlatul Ulama. Karena orang lain akan hanya menghargainya dengan sejumlah materi,” kata tegas pengasuh dua pondok pesantren ini, yakni Pesantren Mahaiswa Al-Hikam Malang Jawa Timur dan Depok Jawa Barat.

Menurut dia, martabat dan keluhuran NU harus diraih kembali dan basis perjuangan mencapai hal tersebut harus berangkat dari pondok-pondok pesantren (kultur) yang belum terkooptasi oleh politisasi dan jabatan-jabatan. ”Karena pondok pesantrenlah yang secara ilmiah dan perjuangan mengetahui perbedaan antara Ahlussunnah Wal Jamaah dengan multi ideologi yang lain. Sedangkan struktur NU harus mengikuti kemurnian pemikiran pondok-pondok pesantren,” kata mantan ketua PWNU Jawa Timur dua periode itu sembari berharap perjuangan ini mendapat berkah bulan Ramadan. (tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Pastor Sindir Kiai Poligami, Ini Respon Cerdas dan Jenaka KH A Hasyim Muzadi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO