Tafsir Al-Nahl 89: Tibyan, Huda, Rahmah dan Busyra

Tafsir Al-Nahl 89: Tibyan, Huda, Rahmah dan Busyra

Fungsi tibyan al-Qur'an ini digandeng dengan fungsi "huda" (petunjuk keimanan), kareana sangat mungkin dari temuan-temuan tersebut bisa mengantarkan penemunya mendapat hidayah, lalu dengan kesadaran dan pilihan sendiri dia mengakui kebesaran Tuhan sehingga memeluk agama islam. Sudah tidak terhitung jumlah ilmuwan Barat yang semula kafir, kemudian memeluk Islam karena telah membuktikan sendiri betapa al-qur'an adalah kitab suci yang sarat ilmu pengetahuan dan benar.

Pengetahuan yang diinformasikan mendahului zamannya adalah pasti dari Tuhan yang Mahakuasa. Karena manusia tidak bisa melakukan itu dan sama sekali tidak punya pengetahuan setinggi itu. Inilah keistimewaan al-Qur'an dibanding dengan kitab manapun di dunia ini. Selain al-Qur'an, kitab suci agama lain dan diyakini oleh pengikutnya sungguh banyak dari kreasi manusia. Maka pasti terbatas dan tidak bisa menjangkau ke ranah keilmuan secara fantastis. Di samping itu, kelemahan demi kelemahan pasti banyak ditemukan dan konsepnya bisa digugurkan. Hanya al-Qur'an yang berani menantang dunia agar mengoreksi dirinya, agar mencari kesalahan, dari sisi apapun. Hingga kini al-Qur'an tetap menantang dan tetap menunggu siapa yang bisa. Kitab lain, tentu tidak demikian.

Ya, tapi tidak semua ilmuwan penemu langsung menyadari kehebatan al-Qur'an, lalu memeluk islam. Hal itu karena hidayah mutlak ada di tangan Allah SWT saja. terserah kepada siapa Tuhan memberikan. tentu kepada mereka yang berminat. Bagi yang berminat, akan mudah mendapatkan, sementara bagi yang tetap gelap dan ingkar, tentu tidak akan mendapatkan.

Umar ibn al-Khattab R.A. yang sengaja mencari Nabi Muhammad SAW dengan tujuan membunuh, ternyata berubah arah setelah mendengar bacaan al-Qur'an yang dilantunkan oleh adik perempuannya, Fatimah. Umar tersentak dan sangat perhatian dengan keindahan redaksi dan kedalaman isi. Lalu menggunakan kecerdasannya menganalisa ayat yang baru saja didengar, karena Umar memang cerdas dan ahli kesusastraan Arab. Dalam sekejap, ketertarikan itu membuahkan kekaguman dan selanjutnya pasrah dan masuk islam.

Tidak sama dengan Abu Lahab yang sangat sayang kepada Muhammad, keponakannya sejak mulai lahir. Abu Lahab bangga dan memanjakan Muhammad kecil. Tapi, saat Muhammad diutus menjadi nabi dan mendakwahkan agama yang ternyata berlawanan dengan kepentingannya, berbaliklah memusuhi Nabi habis-habisan. Tak pernah sedikit pun punya minat melihat kebaikan Islam. Akhirnya mati mengenaskan dan jauh dari hidayah, meskipun sangat dekat dengan sumber hidayah.

Sedang rahmah adalah bentuk akdih sayang Tuhan yang ditebar secara umum lintas diskriminitas, baik ras, agama maupun gender. Semua makhluq pasti mendapat Rahmat-Nya, meski dia sangat durhaka, ingkar dan menentang. Ya, karena tugas Tuhan adalah menebar rahmat dan menebar saja tanpa tendensi apa-apa. Itu telah menjadi komitmen yang dibuat-Nya sendiri dan mesti dipatuhi sendiri. Begitulah kewajiban akaliah atas Diri Tuhan oleh Tuhan itu Sendiri.

Orang yang diberi limpahan uang bukanlah berarti dia dicintai Tuhan, melainkan hanya sekedar diberi rahmat saja. Qarun juga kaya raya, tapi terkutuk. Orang yang terpilih menjadi pimpinan bukan berarti dicintai Tuhan, karena Fir'aun juga raja dan terkutuk.

Sementara fungsi "busyra" kebahagiaan, kegembiraan dunia dan akhirat hanyalah milik orang-orang islam, orang-orang yang pasrah kepada-Nya saja (wa busyra li al-muslimin). Orang islam adalah orang yang pasrah total kepada apa saja yang difirmankan Allah SWT, lalu mematuhi, mengamalkan semua perintah-Nya tanpa rewel, tanpa ragu. Lalu menjauhi larangannya tanpa rewel, tanpa ragu. Semua yang disyari'ahkan adalah benar mutlak, meskipun dia tidak bisa membuktikan kebenarannya. Nah, muslim kelas inilah yang mendapat busyra.

Ayat ini tidak berarti menutup kerja akal untuk kritis, melainkan tetap menghargai sebagai pemikiran dan bahkan itu diperintahkan. Hanya saja, Allah SWT tetap menempatkan kebenaran agama sebagai yang tertinggi di atas kebenaran akal dan tidak sebaliknya.

Andai kita tidak bisa menemukan bukti kebenaran syari'at shalat lima waktu, kebenaran puasa ramadhan, kebenaran zakat, kebenaran ibadah haji secara akaliah: untuk apa dan apa manfaatnya di dunia ini, toh menghabiskan uang dan waktu, tapi kita tetap yakin bahwa semua itu benar dan benar, karena datangnya dari Allah yang mahabenar, titik. Itulah islam dan itulah pandangan seorang muslim beneran. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO