DBD di Mojokerto Mengganas, RSUD Rawat Pasien di Lorong

DBD di Mojokerto Mengganas, RSUD Rawat Pasien di Lorong OVERLOAD: Swi Sehati (kanan) ketika menanyakan kondisi pasien DBD. foto: yudi eko purnomo/ BANGSAONLINE

KOTA MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Pihak RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto kini menerapkan layanan darurat, menghadapi gelombang pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mewabah di sekitaran Kota setempat. Layanan tambahan RS tipe B disiagakan di semua kelas dengan menyiapkan puluhan ekstra bed untuk mengantisipasi lonjakan pasien yang terus berdatangan.

Kabid Keperawatan dan Pendidikan RSUD setempat, Swi Sehati, mengatakan daya tampung bangsal, terutama anak, sudah over kapasitas. "Sebanyak 34 tempat tidur di ruang Kertawijaya sudah penuh, sehingga kami menambahkan ekstra bed di ruang ini. Tadi pagi mereka kita berikan perawatan di lorong-lorong ruangan," kata Swi, Minggu (14/2).

Hari itu, pihaknya merawat 19 pasien akibat gangguan nyamuk ganas. Angka tersebut fluktuatif seiring dengan membaiknya para pasien yang dominan adalah balita dan anak-anak.

"Jumlahnya fluktuatif. Namun hari ini jumlah pasien kita kita tangani sebanyak 19 anak. Rinciannya khusus di ruang Kertawijaya yakni warga Kota 3 orang dan 8 anak dari Kabupaten (Mojokerto)," tambahnya.

"Untuk mengantisipasi lonjakan pasien kita pakai ekstra bed. Ada juga yang dititipkan di ruang lain," terang wanita berkacamata.

Swi menambahkan jika pihaknya tidak membeda-bedakan pasien yang menggunakan kartu BPJS dengan pasien umum. "Kami menerapkan pola yang sama. Tidak ada pembedaan antara pasien dengan kartu BPJS atau umum. Silahkan di cek," katanya.

Pantauan wartawan di RS, meski tergolong perawatan darurat, namun kondisinya masih cukup layak. Lorong bangsal di RS ini penuh dengan pendingin udara. Hanya saja, letaknya tidak berbaris dengan pasien lainnya di dalam yang terpisahkan oleh tirai.

Ika, ibu Angelica asal Cakar Ayam, Kelurahan Mentikan yang terserang DBD mengaku telah empat hari di rawat di RS ini. "Ini sudah empat hari. Kondisinya membaik karena perawatannya yang juga baik," paparnya.

Demikian dengan Ati ibu dari Fariz yang suspek DBD. Wanita asal Curah Malang, Jombang ini merasa tidak ada pembedaan antara anaknya yang menggunakan BPJS dengan pasien umum. "Tidak ada pembedaan Mas. Kami dilayani dengan manusiawi," pungkasnya. (yep/ris)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO