Oknum Guru di Situbondo tak Mau Hormat ke Bendera Merah Putih, Diundang ke Polres

Oknum Guru di Situbondo tak Mau Hormat ke Bendera Merah Putih, Diundang ke Polres BIAR KAPOK: SS (berdiri) saat 'diadili' di hadapan sejumlah pihak di Mapolres Situbondo. foto: hadi prayitno/ BANGSAONLINE

SITUBONDO, BANGSAONLINE.com - Seorang oknum guru di SDN 3 Banyuputih, berinisial SS dicurigai menganut paham radikal lantaran perilakunya yang tidak biasa. Salah satunya adalah, SS tidak mau hormat pada bendera merah putih saat upacara di sekolahnya.

Tak hanya itu, SS juga disebut melarang muridnya memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW serta melarang muridnya bersalaman kepada orang tuanya sendiri.

Informasi yang diperoleh menyebutkan, untuk membuktikan perilaku aneh SS, pihak sekolah pernah menunjuknya untuk menjadi inspektur upacara. Pada saat pengibaran bendera, SS ternyata tetap tidak memberikan hormat.

Bahkan, saat diminta untuk hormat kepada sang merah putih, SS hanya mengangkat tangan layaknya melambaikan tangan. Perilaku anehnya itu kemudian membuat para murid dan guru yang menyaksikan merasa heran.

Dari gelagat aneh yang dilakukan SS itu, para guru lainnya kemudian melaporkan SS ke Unit Pelaksan Tugas Daerah (UPTD) Banyuputih dan Dinas Pendidikan Situbondo, yang kemudian diteruskan ke Polres Situbondo.

Polres kemudian mengundang sejumlah pihak termasuk SS untuk diklarifikasi terkait perilakunya yang dinilai tidak wajar, bahkan disebut mengarah pada penyesatan.

Dalam meminta klarifikasi SS itu, turut hadir Kapolres Situbondo, Dandim 0823, perwakilan pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI), perwakilan pengurus PCNU, Kesbangpollinmas, Kemenag, Dinas Pendidikan dan Tokoh Muhammadiyah.

Dalam klarifikasinya, SS mengaku pemberitaan mengenai dirinya yang tidak memberikan hormat pada bendera dan melarang muridnya memperingati maulid nabi serta melarang muridnya bersalaman kepada orang tua, tidak benar. SS mengaku tidak pernah melarang muridnya melakukan sebagaimana yang diberitakan.

"Pada saat menjadi inspektur saya memberi hormat, tapi saat di belakang siswa dan bendera naik saya masuk kelas," ujar SS kepada sejumlah wartawan usai diklarifikasi di ruang Kapolres Situbondo, kemarin (25/1)

SS mengaku dirinya memang baru belajar tentang ilmu agama melalui media televisi, karena itu yang paling mudah didapatkan. "Saya ingin mendalami agama demi kepentingan akhirat," jelasnya.

Kapolres Situbondo, AKBP Puji Hendro Wibowo mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan MUI dan eleman tokoh masyarakat terkait situasi ini. Kapolres berharap, dengan audensi ini pemahaman yang tidak sesuai tidak terulang kembali dan keyakinannya tidak dipaksakan kepada muridnya.

"Apalagi ini seorang guru yang otomatis diguguh dan ditiru. Ya kita mengantisipsinya dan hari ini kita clearkan dan diselesaikan. Sehingga nanti tidak muncul permasalahan yang sama," tegasnya.

Untuk mempetegas permuan tersebut, oknum guru diminta untuk menulis surat pernyataan agar tidak mengulangi perbuatannya kembali.

Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris MUI Situbondo, H Hamid Jauharul Fardli berharap hal seperti ini tidak terulang kembali. Dikatakan Hamid, SS telah mengaku khilaf atas kesalahannya serta menyampaikan surat permohonan maaf tertulis dan bermaterai dengan diketahui semua pihak, Kapolres, Dandim, MUI dan tokoh agama.

"Kita invetarisir itu semua, kita sudah mendelekrasikan Situbondo aman dan tidak ada lagi hal-hal yang dapat menganggu ke depannya," ujar Hamid. (had/rev)