Tiga Generasi Pahlawan Nasional

Tiga Generasi Pahlawan Nasional Foto: Unhasy

"Aku di sini memandangmu, menyandang senapan, berbendera pusaka." [WS Rendra]

"Lahir. Hilang. Gugur. Hidup. Mengalir. Sudah." [Gus Mus]

Dua larik di atas mengingatkan kita, bahwa menjadi pahlawan adalah jerih payah dari pengorbanan, perjuangan pada nilai-nilai kebenaran, dan pengabdian yang tiada henti, yang dampaknya bisa dirasakan secara langsung oleh masyarakat, bukan sekadar stempel, moneman dan nama.

Hari ini Gus Dur keluarga besar Pesantren Tebuireng dikukuhkan menjadi pahlawan tanpa perselesihan, meskipun sebelum negara mengikrarkan namanya, masyarakat secara luas, terutama warga nahdliyin, terlebih dulu sudah menganggap Gus Dur adalah pahlawan demokrasi.

Pada akhirnya hari ini resmi tiga generasi menyandang gelar pahlawan nasional. Gus Dur menyusul kakeknya Hadratusyaikh Hasyim Asyari, dan ayahnya KH Abdul Wahid Hasyim. Beliau-beliau adalah teladan bagi kita semua dalam memegang prinsip, menegakkan kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan.

Hadratusyaikh Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), adalah seorang ulama besar yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Beliau adalah teladan bagi kita semua dalam berjuang untuk kebenaran dan keadilan.

Seperti kata Profesor Clifford Geertz, seorang antropolog Amerika, "Hadratusyaikh Hasyim Asyari adalah seorang ulama yang telah memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia." (Sumber: Islam Observed: Religious Development in Morocco and Indonesia)

KH Abdul Wahid Hasyim, putra Hadratusyaikh Hasyim Asyari, adalah seorang ulama dan politisi yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Beliau adalah teladan bagi kita semua dalam berjuang untuk keadilan dan kemanusiaan.

Mengutip Dr. Greg Fealy, seorang peneliti dari Australian National University, bahwa "Abdul Wahid Hasyim adalah seorang politisi yang telah memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia." (Sumber: The Politics of Indonesia's Nahdlatul Ulama)

Sementara KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), cucu Hadratusyaikh Hasyim Asyari, adalah seorang ulama dan politisi yang telah berjuang untuk demokrasi dan kebebasan. Beliau adalah contoh telita bagi kita semua dalam berjuang untuk kebenaran dan keadilan.

Profesor John L. Esposito, seorang ahli studi Islam dari Georgetown University, berpendapat "Gus Dur adalah seorang pemimpin yang telah memainkan peran penting dalam perjuangan demokrasi di Indonesia." (Sumber: The Oxford Handbook of Islam and Politics)

Tiga generasi ini telah menunjukkan kepada kita bahwa perjuangan untuk kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan adalah sebuah perjuangan yang tidak pernah berakhir. Mereka telah meninggalkan warisan yang berharga bagi kita semua, yaitu semangat untuk berjuang untuk kebenaran dan keadilan.

Seperti kata WS Rendra, "Aku ingin jadi pahlawan, bukan sekadar nama." Mari kita menjadi pahlawan, mari kita menjadi bagian dari perjuangan untuk kebenaran dan keadilan. Mari kita menjadi generasi yang berani, generasi yang peduli, dan generasi yang berjuang untuk kebenaran dan keadilan.

Selamat atas pengukuhan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Pahlawan Nasional - melengkapi jejak keteladanan keluarga Tebuireng. Tiga generasi emas, satu napas perjuangan: ilmu, keikhlasan dan pengabdian untuk negeri. Dari Tebuireng, untuk Indonesia. Wallahu'lam bishawab.

[Aguk Irawan MN]